Dalam suatu krisis, beberapa orang akan terbebani. Sebagian ada yang menyerah untuk berharap, mengapa? Laurence Gonzales mempelajari ratusan dari kasus-kasus yang menunjukkan sesuatu dengan tepat mengenai sikap dan strategi dari beberapa orang yang menolak untuk mati. Saya (Laurence Gonzales) telah mempelajari beberapa kecelakaan selama kurang lebih 30 tahun.
Pertama, sebagai pilot yang juga wartawan, saya berkonsentrasi pada kecelakaan pesawat terbang. Kemudian, ketika ketertarikan saya beralih pada paddling, climbing dan travelling ke tempat-tempat terpencil, saya mulai mempelajari beberapa kecelakaan yang terjadi pada kegiatan alam terbuka. Silahkan Anda sebut saya sebagai orang yang tidak berperasaan, tetapi bagi saya membaca laporan kecelakaan-kecelakaan tersebut seperti membaca komedi bisu (bisu, karena orang-orangnya sebagian besar meninggal). Saya mencari pengertian mengapa beberapa orang meninggal dengan cepatnya dalam keadaan survive ini. Secara mengejutkan, saya menemukan kengerian yang sama pada beberapa orang yang bertahan hidup dalam keadaan sulit yang sangat ekstrim, kasus-kasus ini saya sebut “deep survival.”
Pada dasa warsa dan beberapa abad, terpisah melalui budaya, geografi, ras, agama dan tradisional, beberapa survivor yang sukses menunjukkan pola yang sama dari pikiran dan tindak tanduk yang mengarah pada transformasi keagamaan yang sama dalam mempertahankan hidup mereka. Satu kali kamu pernah melewati hujan salju, kapalmu karam atau kamu tersesat di hutan atau tanganmu terjepit saat boulder, sebagian besar menyangkut mental, berikut adalah cerita yang berhubungan dengan hal tersebut di atas, sebagian besar adalah kisah sebenarnya yang pernah dialami oleh beberapa survivor yang berhasil kembali dari perjalanan yang hampir membuat mereka mati.
ATURAN PENYELAMATAN DIRI DALAM KEADAAN BERBAHAYA
1. PERCAYA DIRI
Orang yang dapat menyelamatkan diri tidak terjebak pada perangkap ketakutan yang mematikan, yaitu ketakutan yang tidak termobilisasi atau penyangkalan terhadap ketakutan. Banyak orang yang seharusnya selamat dalam tragedi World Trade Center pada tanggal 11 September 2001 tewas, karena mereka hanya diam dengan patuh untuk menunggu pertolongan dan bukan berusaha untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Dan banyak diantara mereka yang dikuasai rasa panik. Panik disini tidak selalu berarti berlari kesana-kemari dengan menjerit-jerit, namun bisa berarti diam dengan tidak melakukan apapun . Para penyelidik kecelakaan pesawat sering menemukan bahwa para penumpang ternyata ditemukan mati dengan keadaan masih terikat erat di tempat duduk mereka.
Orang yang dapat menyelamatkan diri sebaliknya menyadari keadaan mereka, “Saya benar-benar dalam keadaan yang membahayakan diri saya dan saya akan berusaha untuk menyelamatkan diri saya.” Dalam lima menit pertama sejak kecelakaan terjadi, sang korban dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran yang penting. Presepsi dan fungsi kognitif seseorang yang dapat menyelamatkan diri berada dalam tingkat yang tinggi saat ia menghadapi bahaya. Dengan dipacu oleh ancaman atas nyawanya, seseorang yang dapat menyelamatkan diri mengetahui keadaan sekitar mereka sampai ke hal-hal yang terkecil, selain itu merekapun meyakini naluri mereka. Joe Simpson, seorang pemanjat tebing dari Inggris yang baru saja menjejakkan kaki di gunung berketinggian 21.000 kaki di negara Peru, terjatuh dan mengalami patah kaki. Hal pertama yang muncul dalam benaknya adalah mungkin dia hanya keseleo. Tetapi beberapa saat kemudian dia berkata pada dirinya sendiri,”Kakiku patah, aku akan mati.”
Orang yang dapat menyelamatkan dirinya tidak menyangkal kebenaran. Hanya dengan menyadari luka yang dia alami, Simpson mampu untuk menjalani tantangan yang mengerikan di hadapannya.
2. TETAP TENANG
Dalam keadaan yang kritis, orang yang dapat menyelamatkan diri tidak dikuasai oleh rasa takut tapi mereka akan memanfaatkan rasa takut tersebut. Rasa takut yang mereka rasakan seringkali berubah menjadi rasa marah yang akan memotivasi mereka dan membuat mereka dapat berpikir dengan cerdik.
Aron Ralston, seorang pemanjat gunung yang harus memotong tangannya untuk melepaskan diri dari batu besar yang telah menjepitnya di sebuah lembah celah di Utah, semula menjadi panik dan membantingkan tubuhnya ke batu yang telah menjepit tangannya. Tapi dia segera berhenti melakukan hal tersebut dan menarik nafas panjang untuk kemudian memperhatikan pilihan-pilihan yang dia miliki. Dia menghabiskan waktu hingga lima hari untuk dapat meyakinkan dirinya untuk menentukan apa yang harus dia lakukan untuk dapat menyelamatkan dirinya. Seseorang yang dapat menyelamatkan dirinya sangat mneyadari bahwa mereka harus tetap tenang. Mereka harus berusaha menghindar dari emosi ingin memberontak yang terlalu meluap-luap. Dan dengan menghadapi keadaan genting, mereka juga dapat mengatasi penderitaan yang mereka rasakan dengan baik.
Dalam buku In Touching The Void, Joe Simpson mengungkapkan penderitaan yang dia hadapi di Peru. Dia menulis bahwa dia dapat “menyesuaikan diri dengan rasa sakit terus menerus yang dia rasakan” yang disebabkan oleh kakinya yang terluka dan patah yang menjadi penghalang baginya untuk dapat menuruni gunung tersebut. James Stockdale, seorang pilot tempur yang ditembak jatuh di Vietnam dan menghabiskan waktu delapan tahun di Hanoi Hilton, julukan bagi camp penjaranya, yakin bahwa “dengan membiasakan diri dengan rasa sakit” adalah alat yang paling penting bagi orang yang dapat menyelamatkan dirinya, “Anda harus mengalami rasa sakit. Tidak boleh ada kata tidak.”
3. BERPIKIR, MENGANALISA, MERENCANAKAN
Orang yang harus menyelamatkan diri dalam jangka panjang dengan cepat akan engorganisir, menentukan rutinitas yang harus mereka lakukan dan menetapkan disiplin. Dalam kelompok orang-orang yang sedang menyelamatkan diri, akan muncul seorang pemimpin.
Seorang yang menyelamatkan diri seorang diri seringkali mengisahkan bahwa mereka mendengar sebuah suara yang mengendalikan situasi mereka. Sementara fenomena mendengar suara dapat mengindikasikan turunnya kondisi mental di dalam kedaan tertentu, hal tersebut juga mudah dijelaskan dalam dua fungsi otak : emosi dan akal. Dalam kasus-kasus tertentu dengan bahaya yang sangat fatal, emosi seringkali mengambil alih. Tapi seorang yang dapat menyelamatkan diri mengesampingkan emosi dan membiarkan akal yang bekerja dan mereka membuat diri mereka menjadi dua pribadi yang berbeda dimana mereka akan melaksanakan ide yang menurut mereka masuk akal.
Steve Callahan, seorang pelaut dan pembuat kapal, sedang dalam pelayaran tunggal di samudera Atlantik di tahun 1982 saat kapalnya tiba-tiba mengalami masalah dan mulai tenggelam. Terombang ambing selama 76 hari di atas sebuah sekoci seluas lima kaki, dia melakukan pelayaran penyelamatan dirinya dengan dipimpin oleh seorang “kapten” yang memberi perintah kepadanya dan menjaganya di saat dia sangat membutuhkan air minum. Bahkan saat dia ingin memberontak. “Kapten”nya dengan rutin melatih “kru” tersebut. Sehingga dalam kendali yang sangat ketat ini dia mampu menyingkirkan pikiran bahwa situasinya tidak mempunyai harapan. Dia harus terombang-ambing sejauh 1800 mil di dataran Karibia dan mengambil langkah-langkah pertama yang harus dilakukan dengan pikiran yang jernih dalam mencapai penyelamatan dirinya, juga menganalisa situasinya dan memformulasikan perencanaan yang akan dia jalani.
4. MENGAMBIL TINDAKAN
Orang yang menyelamatkan diri mau mengambil resiko untuk menyelamatkan diri mereka dan orang lainnya. Namun mereka pun berani dan menyadari apa yang akan mereka lakukan. Callahan tidak mengerti mengapa kapalnya yang kecil tiba-tiba dipenuhi dengan air, mungkin terbentur oleh ikan paus. Tapi saat kapal tersebut mulai tenggelam dia tidak hanya diam memandang kapalnya dengan rasa tidak percaya. Dengan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan diri, dia masuk ke dalam kabin yang gelap dan telah dipenuhi air untuk dapat mengambil barang-barangnya yang berharga. Dia muncul kembali dengan membawa “tas alat-alat darurat” berisi survival gear dan sleeping bag nya yang basah, dimana jika tanpa alat-alat tersebut dia tidak dapat menyelamatkan dirinya.
Lauren Elder, adalah satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan pesawat di dataran tinggi Sierra, California. Terdampar di puncak dengan ketinggian 12.000 kaki, dengan satu lengan yang patah, dia dapat melihat lembah Saint Joaquin di bawahnya, tapi dia terpisah oleh alam liar yang luas dan tebing es yang menyeramkan. Dengan hanya mengenakan rok panjang, sebuah kemeja, dan sepatu boot dengan hak setinggi dua inci, dia merangkak “dengan kedua tangan dan kakinya” seperti yang dia katakan kemudian, “menjaga keseimbangan di antara lempengan es, meninju dengan tangan dan kakinya.” Dia harus memanjat tebing selama 36 jam, suatu hal yang tampak mustahil baginya. Namun Elder hanya memikirkan batu yang didepannya selangkah demi selangkah. Orang yang dapat menyelamatkan dirinya dapat memecahkan apa yang mereka lakukan setahap demi setahap sesuai dengan apa yang dapat mereka lakukan. Merekapun terobsesi untuk dapat melakukannya dengan baik (Elder selalu menguji terlebih dahulu setiap pijakan yang akan dia lewati sebelum dia melangkah maju dan sering mengambil waktu untuk beristirahat. Orang yang dapat menyelamatkan diri berusaha hanya membuat sedikit kekeliruan. Mereka hanya melakukan apa yang sesuai dengan kekuatan mereka dalam waktu tertentu dari jam ke jam dari waktu ke waktu.
5. RAYAKAN KEBERHASILAN ANDA
Orang yang dapat menyelamatkan diri akan mendapatkan sukacita yang luar biasa dengan pencapaian yang mereka raih, sekecil apapun itu. Hal tersebut dapat menghindarkan mereka dari rasa putus asa yang mematikan dan menjaga mereka untuk terus termotivasi. Sukacita juga melepaskan diri mereka dari stuasi yang mengancam yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Elder berkata bahwa saat telah berhasil menuruni lereng es pertama, dia memandang ke atas lereng tersebut dan hampir tidak percaya atas apa yang telah dia lakukan, dia berkata pada dirinya sendiri, “Lihat apa yang telah kamu lakukan.” Saya berseru keras hingga terdengar hingga ke lereng di bawah saya. Bahkan dengan lengannya yang patah, Elder merasakan rasa senang yang luar biasa menjadi teman setianya dalam perjalanannya untuk menyelamatkan dirinya. Hitunglah apa yang kamu miliki, kamu masih tetap hidup.
6. JADILAH ORANG YANG MENYELAMATKAN BUKAN MENJADI KORBAN
Orang yang menyelamatkan diri selalu melakukan hal yang sama bagi orang lain, bahkan jika orang tersebut berada ratusan mil jauhnya. Saat penulis Antone de Saint Exupery terdampar di gurun Libya setelah pesawat ekspedisinya mengalami kerusakan mesin, dia memikirkan apa yang akan terjadi dengan istrinya jika dia menyerah dan tidak kembali.
Yossi Ghinsberg seorang pendaki gunung kebangsaan Israel, tersesat di hutan Bolivia lebih dari dua minggu setelah terpisah dengan teman-temannya. Dia berhalusinasi bahwa dia ditemani seorang wanita cantik yang selalu menemaninya setiap malam dalam perjalanannya. Apapun yang dia lakukan, dia lakukan bagi wanita tersebut.
7. MENIKMATI PERJALANAN UNTUK MENYELAMATKAN DIRI
Nampaknya hal ini bertolak belakang dengan keadaan yang ada, namun dalam situasi yang paling sulitpun, orang yang dapat menyelamatkan dirinya menemukan sesuatu yang dapat dinikmati, sesuatu yang dapat dia lakukan. Penyelamatan diri dapat berarti penantian yang membosankan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Elder tertawa terbahak-bahak saat dia menyadari betapa dia takut bahwa seseorang akan melihat ke dalam roknya saat dia memanjat tebing. Bahkan saat kapal Callahan tenggelam, dia hanya berhenti tertawa saat dia harus menyelipkan pisau di mulutnya saat harus menaiki rakit seperti seorang bajak laut. Uji coba yang dilakukan dengan bermain dalam kedaan yang genting juga akan menghasilkan penemuan dan penemuan akan menghasilkan teknik atau strategi yang baru yang akan menyelamatkan anda. Saat melewati tebing yang hampir vertikal di Peru, Joe simpson menciptakan irama saat dia mengayunkan kapaknya, menjatuhkan tangannya yang lain ke atas permukaan es dan lalu melakukan lompatan yang mengerikan dengan kakinya yang masih sehat. “Saya dengan cermat terus mengulang pola irama tersebut,” tulisnya, “Saya mulai merasa terlepas dari keadaan di sekeliling saya.” Menyanyi, membayangkan permainan, mengingat puisi, menghitung dan mencoba menemukan solusi matematika yang sulit, akan membuang rasa jenuh karena menunggu dan akan membuat situasi jadi lebih menyenangkan, bahkan saat ada rasa takut yang mengancamnya. Di dalam penjaranya, James Stockdale menulis, “Orang yang melewati tragedi seperti ini dengan banyak puisi yang dapat diingat adalah orang yang mempunyai karunia.” Orang yang dapat menyelamatkan diri mengatur masa kritis yang dia alami hampir seperti seorang olahragawan dengan olahraga yang dia tekuni. Mereka terikat pada jimat-jimat. Mereka menemukan hal yang hanya dirasakan oleh seorang yang ahli, “zona” dimana emosi dan akal saling seimbang untuk menghasilkan satu tindakan yang dapat berubah-rubah.
8. MELIHAT KEINDAHAN
Orang yang menyelamatkan diri terpesona dengan keajaiban dunia mereka, khususnya saat menghadapi bahaya kematian. Ungkapan kekaguman akan keindahan, perasaan terpesona, membuka kesadaran akan keadaan di sekitar mereka (saat anda terpesona oleh sesuatu yang indah, pupil mata anda akan membesar). Debbie Kiley dan empat orang lainnya terombang ambing di lautan Atlantik, setelah kapal mereka tenggelam dalam badai pada tahun 1982. Mereka tidak mempunyai persediaan makanan, tidak mempunyai air minum dan dapat saja mati. Dua orang diantara mereka meminum air laut dan mulai menjadi gila. Ketika salah seorang dari mereka melompat dari papan ke laut, segera dia dimakan oleh ikan hiu di bawah papan mereka. Kiley merasa jika dia memandang terus ke laut, maka diapun dapat menjadi gila, maka dia berkata pada dirinya sendiri, “Lihat ke langit, disana tampak sangat indah.” Saat pesawat Saint Exupery terjatuh di gurun, dia menyadari bahwa dia dalam bahaya, namun dia berkata dalam hati : “Disini kita berada, akan mati, namun kematian tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan yang saya rasakan. Sukacita yang saya dapat dari setengah buah jeruk yang saya genggam adalah sukacita yang terbesar yang pernah saya rasakan.”
9. MENYERAHKAN DIRI DAN BERDO’A
Ya, anda pasti akan mati. Dalam kenyataanya, anda akan mati, semua orang akan mati walaupun mungkin tidak harus hari ini. Di hari ketiga saat dia terjepit di dalam jurang, Ralston telah kehabisan makanan dan air minum dan dia tahu bahwa dia akan mati jika dia tidak dapat melepaskan dirinya. Namun hal tersebut membawanya menjadi tenang bukan menjadi merasa menderita. “Saya menerima kematian dengan rasa damai,” katanya. Dalam berbagai cara, fase perjalanan penyelamatan bersama berhubungan dengan tahap-tahap kematian dijelaskan dalam buku yang terkenal On Death and Dying (Dalam Menghadapi Kematian) ditulis oleh Elizabeth Kublerloss adalah penyangkalan, kemarahan, penawaran, depresi, dan penerimaan. Hanya dengan menerima kematian, banyak orang yang menyelamatkan diri mengatakan bahwa mereka mampu untuk berjuang dan bertahan hidup. Salah seorang psikolog dalam hal penyelamatan diri menyebutkan “Menyerahkan tanpa menyerah. Penyelamatan diri dilakukan oleh orang yang menyerahkan diri.”
10. YAKIN BAHWA ANDA AKAN BERHASIL
Dalam perjalanan tahap selanjutnya, orang yang menyelamatkan diri mendapat semangat dari keyakinan bahwa dia akan selamat. “Selama dua hari berakhir pada saat saya terjepit di jurang,” kenang Aron Ralston, “Saya merasa sebuah energi yang sangat meningkat
memasuki diri saya walaupun waktu itu saya telah kehabisan makanan dan minuman.” Segera setelah itu, dia menemukan kekuatan untuk memotong tangannya yang telah mati. Elder juga menemukan kekuatan ketika waktu terus berjalan : “Saat itu seolah-olah saya telah mendapatkan energi yang tidak ada batasnya.”
11. LAKUKAN APAPUN YANG PERLU DILAKUKAN
Elder memanjat dan menuruni tebing es dan batu karang tanpa alat-alat dan pengalaman. Simpson menyeret kakinya yang patah sejauh bermil-mil untuk kembali ke posnya. Ralston memotong tangannya sendiri untuk membebaskan dirinya. Orang yang menyelamatkan diri memiliki apa yang disebut para psikolog sebagai pengetahuan-meta: Mereka mengetahui kemampuan mereka, dan tidak merendahkan atau melebih-lebihkannya. Mereka yakin bahwa segala seuatu adalah mungkin dan karena itu mereka harus bertindak. Mereka seringkali mengucapkan sebuah mantera untuk menolong mereka, saat Yossie Ghinsberg hilang di hutan Bolivia, ia menuliskan,”Ketika saya putus asa, saya membisikkan mantera di telinga saya “Lelaki sedang beraksi, lelaki sedang beraksi, ” saya tidak tahu darimana saya mendapatkan kata-kata tersebut…saya ulangi terus kata-kata tersebut : `Seorang lelaki yang beraksi dapat melakukan apapun yang harus dia lakukan dengan tidak takut dan khawatir.’”
12. TIDAK PERNAH MENYERAH
Saat kantung oksigen Apollo 13 meledak dalam perjalanannya ke bulan pada tahun 1970, tampaknya kru yang ada dalam pesawat itu berada di ambang kematian. Komandan James Lovell memutuskan untuk terus menyampaikan semua data ke pusat kendali bahkan jika pesawat tersebut terbakar dalam perjalanan ulang. Callahan, Elder, Ghinsberg, Kiley, Ralston, Saint Exupery, Simpson, Stockdale –semuanya sama-sama menentukan dan mengetahui kebenaran akhir ini – jika kamu tetap hidup, masih ada yang dapat kamu lakukan. Orang yang menyelamatkan diri tidak mudah dilemahkan oleh kemunduran. Saat mereka merasa bimbang, mereka akan mendorong diri mereka untuk melakukan sebuah proses dari awal kembali.
Mereka menjaga diri mereka untuk tetap bersemangat dengan mengembangkan sebuah alternatif yang diciptakan dari daya ingatan yang kaya, dimana mereka dapat menyelamatkan diri. Merekamelihat kesempatan dalam kesengsaraan. Dalam keadaan yang buruk, orang yang dapat menyelamatkan diri dapat belajar dan menyukai uji coba yang mereka alami. Elder mengatakan, “Saya tidak akan menjual perjalanan yang saya alami dengan apapun. Bahkan kadang-kadang saya merindukannya. Saya merindukan kejelasan dalam mengetahui dengan tepat apa yang harus saya lakukan selanjutnya.” Mereka yang dapat menyelamatkan diri dari bahaya dunia ini, baik itu dalam permainan, bisnis ataupun perang,melalui penyakit atau tragedi akan melakukannya melalui suatu perubahan. Tetapi hal tersebut tidak muncul begitu saja saat dibutuhkan. Hal tersebut muncul dari pengalaman seumur hidup, sikap dan tindakan yang kita lakukan yang membentuk kepribadian seseorang, pusat dimana kekuatan yang dibutuhkan bersumber.
Pengalaman penyelamatan diri adalah anugerah yang tidak dapat dibandingkan, dan akan menunjukkan siapa sebenarnya anda.
Sumber : Adventure 2003
Dan ingat yang paiing penting ..ini bisa saja terjadi dalam kehidupan anda, tatkala kita harus bertahan dari berbagai musibah hidup, hal tadilah yang harus dilakukan ...SURVIVAL ...NOT SURENDER....
Monday, April 30, 2007
Air Mata Mutiara
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.”
Si ibu terdiam, sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.
Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
******
Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan “kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”. Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah “orang biasa” menjadi “orang luar biasa”.
Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang biasa’ yang disantap orang, atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara’. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja’.
Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu.. “Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara.”
Si ibu terdiam, sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.
Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
******
Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan “kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”. Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah “orang biasa” menjadi “orang luar biasa”.
Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang biasa’ yang disantap orang, atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara’. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja’.
Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu.. “Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara.”
Thursday, April 26, 2007
Saat Doa Tak Terkabul
Saat kita merasa Allah terlalu ga peduli karena Allah belum juga menjawab doa kita, itu bukan berarti Allah tidak menyayangi kita.
Justru Allah sangat sayang kepada kita, Ia sangat senang melihat hambaNya yang terus merintih, menangis di hadapanNya dan ingin tetap melihat hambaNya seperti tiu. Bukan Ia tak sayang, tapi karena Ia tahu kita akan berhenti menangis jika doa kita dikabulkanNya. Dan Ia tak lagi melihat kita menangis, bahkan kemudian Ia terlupakan.
Mungkin juga karena ada yang menghalangi doa kita...dosa. Mungkin banyak sekali dosa yang kita perbuat, mungkin banyak hak Allah yang kita abaikan, bukankah tak ada dosa kecil jika berulang? Maka perbanyaklah beristighfar, bertaubat dan memohon ampunanNya. Semoga Ia mengampuni dan dan menghapus dosa kita. Beristighfarlah sebanyak-banyaknya, kapanpun dan dimanapun, karena kita tak thu kapan ampunan dan pertolongan Allah akan turun.
La tahzan
--khizr--
Allah, Maha Melihat
Seorang kiai ketika memberi ujian kepada santri-santrinya tentang aqidah, ia menyediakan 20 ekor merpati dan 20 ekor pisau yang tajam. Beliau memerintahkan pada 20 santrinya untuk menyembelih merpati tsb pada suatu tempat yang tidak ada seorangpun yang dapat melihatnya.
Setelah perintah tsb diberikan, pergilah mereka masing-masing ke tempat yang mereka anggap tidak ada yang dapat melihat dan menyaksikannya.
Kemudian, setelah masing-masing menyembelih merpati yang mereka dapatkan, hanya ada satu orang anak yang tidak menyembelih merpatinya.
Sang kiai bertanya, mengapa anak tersebut tidak menyembelih merpatinya, anak itu mengatakan, "Saya tidak menemukan satu tempatpun yang tidak dapat dilihat dan disaksikan oleh siapapun..."
Sang kiai kemudian bertanya lagi, "Mengapa tidak kau temukan, anakku?"
"Karena selalu ada yang melihat dan menyaksikan"
"Siapa?"
Anak itu menjawab dengan tulus, "Allah"
--Khizr--
Wednesday, April 25, 2007
Dalam hidup kita ada Allah
Seorang ulama kontemporer dan guru besar al-Azhar Mesir, syekh Mutawalli al-Sya'rawi, beliau menulis dalam tafsirnya, tentang khawash (keindahan dan keistimewaan) lafazh Allah, menurut beliau "Allah selalu ada dalam diri manusia walaupun mengingkari wujud-Nya lewat ucapan dan tindakan perbuatan. Kata ni selalu menunjuk kepada-Nya itu.
Perhatikanlah lafazh Allah. Bila huruf pertamnya dihapus, maka ia akan terbaca "Lillaah"
Bila huruf berikutnya dihapus, akan terbaca "Lahu",yang berarti milik-Nya/untuk-Nya
Hapus lagi huruf berikutnya, akan terbaca "HU", yang berarti Dia
Jadi setiap orang yang mengeluh, selalu berkata "uh", "ih","ah",dsb, tersirat bahwa setipa orang sadar atau tidak,menyebut Allah, paling tidak keluhannya tertuju mengeluh pada-Nya.
khizr
Perhatikanlah lafazh Allah. Bila huruf pertamnya dihapus, maka ia akan terbaca "Lillaah"
Bila huruf berikutnya dihapus, akan terbaca "Lahu",yang berarti milik-Nya/untuk-Nya
Hapus lagi huruf berikutnya, akan terbaca "HU", yang berarti Dia
Jadi setiap orang yang mengeluh, selalu berkata "uh", "ih","ah",dsb, tersirat bahwa setipa orang sadar atau tidak,menyebut Allah, paling tidak keluhannya tertuju mengeluh pada-Nya.
khizr
Tuesday, April 24, 2007
Semua Hanya karena Allah
Oleh: Zainuddin Tolehah
Tak ada satupun di dunia ini yang terjadi san berjalan kecuali hanya karena Allah semata. Semua berjalan karena kehendaknya. Artinya, setiap manusia hanya bisa merencanakan segala sesuatunya dengan berbagai upaya, usaha, ikhtiar, dan sebagai makhluk kita wajib menyertainya dengan doa, sementara urusan hasil hanya kepunyaan Allah.
Dalam salah satu hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah pernah berwasiat kepada Ibnu Abbas, yang ketika itu usianya masih belasan : "Ya ghulam, aku ajarkan engkau beberapa kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu; Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya bersamamu; Jika engkau meminta, mintalah pada Allah; Jika engkau minta tolong, minta tolonglah pada Allah. Ketahuilah, jika umat manusia bersatu untuk memberi manfaat padamu, mereka pasti tidak dapat melakukannya kecuali suatu manfaat itu telah Allah tetapkan untukmu. Jika mereka bersatu untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran lembaran telah kering.?
Indah sekali untaian kalimat kalimat itu. Betapa segala sesuatunya memang terjadi atas kehendak Allah. Tidak ada yang luput dari padanya.
Jadi, betapapun gelombang dan badai menerpa dan menghantam kita, jangan takut, Allah akan selalu bersama kita. Dan apapun yang terjadi, itu memang sudah garisan takdir yang harus kita terima. Yang penting dan harus selalu kita sadari, kita jangan melenceng dari ketentuan Allah. Harus selalu di jalan ketaatan kepada Allah.
Dalam konteks tersebut dapat kita simpulkan, bahwa sejak kecil anak-anak harus diberikan pelajaran dan pemahaman betapa kita harus selalu tergantung pada dan emngingat Allah dan hanya Dia pulalah yang akan memberi bantuan dan pertolongan. Betapa kalau kita selalu taat pada jalan Allah, la pun sebaliknya akan memberikan jalan kemudahan dan kebaikan kepada kita.
Proses itu harus selatu berjalan terus menerus, tanpa henti sampai maut memisahkan kita, bahwa semua itu merupakan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Selalu berusaha untuk memperbaiki di setiap kesempatan. Sebagai manusia, kita memang tidak pernah luput dari dosa dan kesalahan. Tetapi itu semua merupakan proses untuk memperbaiki diri, sehingga kita selalu diingatkan untuk bisa berubah ke arah yang lebih baik.
Dalam salah satu hadits riwayat Tabrani disebutkan, ?Jadikanlah anak anakmu hanya takut kepada Allah,? demikian sabda Rasulullah. Itu semua melengkapi pernyataan di atas. Bahwa sejak awal, sejak anak anak, kita harus mengenalkan Allah kepada anak anak kita dan hanya kepada-Nya lah kita takut dan berserah diri. Tetapi hanya kepada Dia pulalah kita beriman dan bertaqwa, tidak kepada selain Dia. Hanya kepada Allah kepada Allah kita meminta dan memohon pertolongan. Sesungguhnya tidak ada yang memberi dan meminta pertolongan selain hanya kepada Allah.
IKHLAS
Apabila, semua yang kita lakukan hanya semata mata karena Allah, itu merupakan salah satu tanda ikhlas.
Jadi pengertian ikhlas itu adalah kita melepaskan semua beban apapun juga semata mata dan tiada lain karena hanya untuk Allah.
Kalau sudah demikian, maka langkahpun menjadi mudah, beban menjadi ringan, jalan menjadi mulus, karena kita meniadakan prasangka jelek, menghilangkan kecurigaan, dan selalu positif thinking.
Pada titik ini baik dalam hubungan kita dengan sesame manusia maupun kepada Allah, tidak ada kecurigaan atau syak wasangka. Berpikir kitapun menjadi jernih, cara pandang kitapun tidak hanya pada salah satu sudut, tetapi semua sudut yang memungkinkan harus kita lihat dan perhatikan.
Pada akhirnya, dalam menilai sesuatu kita tidak bisa langsung menyalahkan atau memvonis bahwa hal itu salah, tetapi kita juga harus melihat dari sudut pandang lain kenapa hal itu terjadi, ada satu konklusi dan hubungan sebab akibat antara satu dengan yang lainnya. Kalau kita sudah bisa berpikir dan menilai sesuatu dari segala sudut pandang secara utuh, maka tentunya Insya Al?lah keputusan yang akan kita ambil tidak akan menyakitkan tetapi sebaliknya akan memberikan kesejukan kepada semua pihak.
SUJUD
Kata kunci dari semua itu adalah hilangkan kesombongan, mari kita bersujud kepada Allah. Sujud adalah simbol ketundukan, ketaatan, dan kepasrahan kita kepada Allah SWT. Sujud adalah refleksi dan tanda hancur leburnya semua benih kesombongan yang ada dalam diri kita di hadapan Al?lah SWT.
Sujud adalah tanda bahwa kita benar-?benar merasakan kelemahan dan mengakui kekerdilan di hadapan kekuatan dan kebesaran Allah. Karena dalam sujud kita meletakkan kepala, di atas tanah yang selalu kita injak. Karena saat sujud, kita menempelkan hidung di atas bumi yang selama ini ada di bawah. Sebab itulah, hamba hamba Allah yang kafir, hamba hamba Allah yang takabbur dan sombong, menolak sujud.
Maka, sujud dan mintalah kepada Al?lah, apa saja kebaikan yang kita inginkan. Karena, ketika sujud, kita berada di titik terakhir yang paling dekat dengan Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasullullah, ?Posisi seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia dalam posisi sujud.? (HR. Muslim)
Untuk itu marilah kita selalu berseujud sebagai wujud penyerahan hanya kepada Allah. Wallahualam Bisawab.*** (Zen)
Tak ada satupun di dunia ini yang terjadi san berjalan kecuali hanya karena Allah semata. Semua berjalan karena kehendaknya. Artinya, setiap manusia hanya bisa merencanakan segala sesuatunya dengan berbagai upaya, usaha, ikhtiar, dan sebagai makhluk kita wajib menyertainya dengan doa, sementara urusan hasil hanya kepunyaan Allah.
Dalam salah satu hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah pernah berwasiat kepada Ibnu Abbas, yang ketika itu usianya masih belasan : "Ya ghulam, aku ajarkan engkau beberapa kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu; Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya bersamamu; Jika engkau meminta, mintalah pada Allah; Jika engkau minta tolong, minta tolonglah pada Allah. Ketahuilah, jika umat manusia bersatu untuk memberi manfaat padamu, mereka pasti tidak dapat melakukannya kecuali suatu manfaat itu telah Allah tetapkan untukmu. Jika mereka bersatu untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran lembaran telah kering.?
Indah sekali untaian kalimat kalimat itu. Betapa segala sesuatunya memang terjadi atas kehendak Allah. Tidak ada yang luput dari padanya.
Jadi, betapapun gelombang dan badai menerpa dan menghantam kita, jangan takut, Allah akan selalu bersama kita. Dan apapun yang terjadi, itu memang sudah garisan takdir yang harus kita terima. Yang penting dan harus selalu kita sadari, kita jangan melenceng dari ketentuan Allah. Harus selalu di jalan ketaatan kepada Allah.
Dalam konteks tersebut dapat kita simpulkan, bahwa sejak kecil anak-anak harus diberikan pelajaran dan pemahaman betapa kita harus selalu tergantung pada dan emngingat Allah dan hanya Dia pulalah yang akan memberi bantuan dan pertolongan. Betapa kalau kita selalu taat pada jalan Allah, la pun sebaliknya akan memberikan jalan kemudahan dan kebaikan kepada kita.
Proses itu harus selatu berjalan terus menerus, tanpa henti sampai maut memisahkan kita, bahwa semua itu merupakan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Selalu berusaha untuk memperbaiki di setiap kesempatan. Sebagai manusia, kita memang tidak pernah luput dari dosa dan kesalahan. Tetapi itu semua merupakan proses untuk memperbaiki diri, sehingga kita selalu diingatkan untuk bisa berubah ke arah yang lebih baik.
Dalam salah satu hadits riwayat Tabrani disebutkan, ?Jadikanlah anak anakmu hanya takut kepada Allah,? demikian sabda Rasulullah. Itu semua melengkapi pernyataan di atas. Bahwa sejak awal, sejak anak anak, kita harus mengenalkan Allah kepada anak anak kita dan hanya kepada-Nya lah kita takut dan berserah diri. Tetapi hanya kepada Dia pulalah kita beriman dan bertaqwa, tidak kepada selain Dia. Hanya kepada Allah kepada Allah kita meminta dan memohon pertolongan. Sesungguhnya tidak ada yang memberi dan meminta pertolongan selain hanya kepada Allah.
IKHLAS
Apabila, semua yang kita lakukan hanya semata mata karena Allah, itu merupakan salah satu tanda ikhlas.
Jadi pengertian ikhlas itu adalah kita melepaskan semua beban apapun juga semata mata dan tiada lain karena hanya untuk Allah.
Kalau sudah demikian, maka langkahpun menjadi mudah, beban menjadi ringan, jalan menjadi mulus, karena kita meniadakan prasangka jelek, menghilangkan kecurigaan, dan selalu positif thinking.
Pada titik ini baik dalam hubungan kita dengan sesame manusia maupun kepada Allah, tidak ada kecurigaan atau syak wasangka. Berpikir kitapun menjadi jernih, cara pandang kitapun tidak hanya pada salah satu sudut, tetapi semua sudut yang memungkinkan harus kita lihat dan perhatikan.
Pada akhirnya, dalam menilai sesuatu kita tidak bisa langsung menyalahkan atau memvonis bahwa hal itu salah, tetapi kita juga harus melihat dari sudut pandang lain kenapa hal itu terjadi, ada satu konklusi dan hubungan sebab akibat antara satu dengan yang lainnya. Kalau kita sudah bisa berpikir dan menilai sesuatu dari segala sudut pandang secara utuh, maka tentunya Insya Al?lah keputusan yang akan kita ambil tidak akan menyakitkan tetapi sebaliknya akan memberikan kesejukan kepada semua pihak.
SUJUD
Kata kunci dari semua itu adalah hilangkan kesombongan, mari kita bersujud kepada Allah. Sujud adalah simbol ketundukan, ketaatan, dan kepasrahan kita kepada Allah SWT. Sujud adalah refleksi dan tanda hancur leburnya semua benih kesombongan yang ada dalam diri kita di hadapan Al?lah SWT.
Sujud adalah tanda bahwa kita benar-?benar merasakan kelemahan dan mengakui kekerdilan di hadapan kekuatan dan kebesaran Allah. Karena dalam sujud kita meletakkan kepala, di atas tanah yang selalu kita injak. Karena saat sujud, kita menempelkan hidung di atas bumi yang selama ini ada di bawah. Sebab itulah, hamba hamba Allah yang kafir, hamba hamba Allah yang takabbur dan sombong, menolak sujud.
Maka, sujud dan mintalah kepada Al?lah, apa saja kebaikan yang kita inginkan. Karena, ketika sujud, kita berada di titik terakhir yang paling dekat dengan Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasullullah, ?Posisi seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia dalam posisi sujud.? (HR. Muslim)
Untuk itu marilah kita selalu berseujud sebagai wujud penyerahan hanya kepada Allah. Wallahualam Bisawab.*** (Zen)
Resep Dokter Jiwa
Seorang Badui datang kepada seorang dokter,Orang Badui itu bertanya, “Apakah dokter punya resep obat untuk menyemuhkan penyakit dosa?”
Dokter menundukkan kepalanya sejenak sambil berpikir. Lalu ia menjawab, “dengarkan resep ini. Jika kamu kerjakan maka kamu akan mendapat penyembuhan dari ALLAH Subhanahu wa Ta'ala.”
Ambillah akar akar kemelaratanmu dan jiwa kesabaran. Lalu campurkan dengan bubuk pikiran, dan dicampur (kadarnya sama dengan rendah hati dan kekhusyu'an, kemudian ditumbuk semua dalam lumbung taubat dan dibasahi dengan air mata, lalu ditempatkan dalam tempat rendah diri kepada Allah dan dimasak dengan api tawakkal kepada Nya.
Setelah diaduk dengan sendok istighfar sehingga tampak taufik dan kehormatan diri. Kemudian, pindahkan ke mangkok cinta dan dinginkan dengan udara kasih sayang. Sesudah disaring dengan saringan kesusahan dan ditambah dengan hakikat iman serta campurkan dengan takut kepada Allah.
Teruskan minum obat itu selama hidupmu dan hatimu akan sembuh dari segala keluhan dan akan hilang rasa sakit dosa.
Artikel tersebut diambil dari hikmah dalam humor kisah dan pepatah , A. AZIZ SALIM BASYARAHIL
Dokter menundukkan kepalanya sejenak sambil berpikir. Lalu ia menjawab, “dengarkan resep ini. Jika kamu kerjakan maka kamu akan mendapat penyembuhan dari ALLAH Subhanahu wa Ta'ala.”
Ambillah akar akar kemelaratanmu dan jiwa kesabaran. Lalu campurkan dengan bubuk pikiran, dan dicampur (kadarnya sama dengan rendah hati dan kekhusyu'an, kemudian ditumbuk semua dalam lumbung taubat dan dibasahi dengan air mata, lalu ditempatkan dalam tempat rendah diri kepada Allah dan dimasak dengan api tawakkal kepada Nya.
Setelah diaduk dengan sendok istighfar sehingga tampak taufik dan kehormatan diri. Kemudian, pindahkan ke mangkok cinta dan dinginkan dengan udara kasih sayang. Sesudah disaring dengan saringan kesusahan dan ditambah dengan hakikat iman serta campurkan dengan takut kepada Allah.
Teruskan minum obat itu selama hidupmu dan hatimu akan sembuh dari segala keluhan dan akan hilang rasa sakit dosa.
Artikel tersebut diambil dari hikmah dalam humor kisah dan pepatah , A. AZIZ SALIM BASYARAHIL
Si Fakir Yang Dermawan
Pada zaman dahulu, ada seorang lelaki yang beriman tinggal bersama dengan isteri dan anak-anaknya. Mereka tinggal dalam sebuah gubuk sederhana. Meskipun mereka jauh dari kilauan dan gemerlap materi, hati mereka dipenuhi dengan kasih sayang.
Pada suatu hari lelaki beriman itu berada dalam kesulitan, sampai-sampai isterinya berkata kepada lelaki itu, “Kini simpanan kita tinggal satu dirham saja.” Lelaki itu mengambil satu dirham tersebut dan pergi ke pasar. Dengan uang itu dia akan membeli sedikit makanan. Dalam keadaan bertawakal kepada Tuhan, dia tiba di pasar. Baru beberapa langkah dia berjalan, tiba-tiba terdenagar suara gaduh. Seseorang berkata dengan marah, “Engkau harus membayar utangmu. Jika tidak, aku tidak akan membiarkan engkau pergi.”
Lelaki yang berdiri di hadapan orang itu menundukkan kepalanya karena malu. Sang lelaki yang beriman itu mendekati kedua orang yang berselisih itu dan dengan suara yang lembut bertanya, “Baiklah, katakanlah apa yang menyebabkan kalian berselisih paham.”
Lelaki yang berhutang berkata, “Lelaki ini telah menjatuhkan harga diriku hanya karena uang satu dirham padahal saat ini aku tidak mampu untuk melunasi utang tersebut.”
Lelaki beriman itu berfikir sebentar dan kemudian, uang satu dirham yang dimilikinya itu diberikannya kepada si penghutang. Akhirnya, terjalinlah persahabatan antara orang itu tadi. Lelaki yang berutang itu mendoakan keselamatan buat lelaki yang beriman itu serta mengucapkan kesyukurannya.
Hati lelaki beriman itu dipenuhi rasa gembira karena berhasil menolong orang lain. Lalu diapun pulang ke rumahnya. Di pertengahan jalan dia terpikir, “Sekarang, bagaimana aku harus memberi jawaban kepada isteri ku? Jika dia memprotes, aku akan membiarkannya karena itu haknya.”
Sesampainya di rumah, dia menceritakan apa yang telah terajdi. Isterinya adalah juga seorang perempuan yang baik dan beriman. Dia tidak memprotes suaminya, malah berkata, “Engkau telah melakukan sesuatu yang baik hari ini dan engkau telah memelihara harga diri lelaki itu. Allah pasti akan memberi balasan kepadamu. Ambillah tali yang ada di rumah kita ini dan juallah di pasar. Mudah-mudahan, uang tersebut bisa engkau gunakan untuk membeli makanan.
Lelaki beriman itu merasa sungguh gembira dengan sikap isterinya tersebut. Dia kemudian mengambil tali itu dan membawanya ke pasar. Namun, betapapun dia berusaha keras untuk menjual tali itu, tidak ada seorang pun yang ingin membelinya. Dengan rasa putus asa, dia pulang ke rumahnya. Di pertengahan jalan pulang, dia bertemu dengan nelayan penjual ikan yang juga gagal menjual ikannya. Lelaki beriman itu menghampirinya dan berkata, “Tidak ada orang yang ingin membeli ikanmu dan tidak juga taliku. Bagaimana menurutmu bila kita berdua saling menukar barang ini?”
Si nelayan berpikir dan kemudian berkata, “Aku tidak mempunyai tempat untuk menyimpan ikan ini di rumah. Lebih baik engkau ambillah ikan ini dan sebagai gantinya aku akan menjadi pemilik talimu yang mungkin di satu hari nanti berguna buatku.”
Akhirnya, lelaki beriman itu membawa pulang ikan ke rumahnya. Isterinya dengan gembira segera memasak ikan tersebut. Ketika perut ikan dibelah, dengan penuh takjub dia menemukan sebuah mutiara yang berharga di dalamnya. Ya, suami istri mukmin dan baik hati itu memperoleh harta yang banyak.
Lelaki itu membawa mutiara ke toko emas untuk dijual dan mutiara itu terjual dengan harga seratus dirham. Lelaki itu dan isterinya bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan mereka kekayaan. Mereka pun tidak lupa untuk tetap berbuat baik dengan membagi-bagikan sebagian uang mereka kepada orang-orang miskin lainnya. Lelaki beriman itu berkata kepada isterinya: Tuhan telah mengaruniakan kepada kita nikmat, kesenangan dan kemewahan. Kini sebagai tanda kesyukuran atas nikmat ini marilah kita membagikan kekayaan yang ada kepada mereka yang memerlukan. Siapakah yang lebih layak dari sang nelayan yang telah bersusah payah menangkap ikan di laut itu?”
Lelaki beriman itu pergi ke pasar dan mencari si nelayan itu. Setelah berusaha keras, akhirnya dia bertemu dengan sang nelayan dan dia pun menceritakan pengalamannya. Dia berkata, “Aku ingin memberi sebagian dari uang ini kepadamu.” Meskipun miskin, nelayan itu adalah seorang lelaki yang baik hati. Dia berkata, “Wahai teman, apa yang engkau dapatkan di dalam perut ikan itu disebabkan karena kebaikanmu dan aku tidak bersedia mengambil apa-apa darimu.”
Lelaki beriman itu menjawab, ”Allah telah memberi ilham kepadamu sehinggakan dengan niat baik engkau telah menukar ikan milikmu dengan taliku agar aku dapat mengenyangkan perut isteri dan anak-anakku. Ketahuilah, apa yang ingin aku berikan kepadamu ini adalah hadiah bagi niat baikmu itu.Allah menginginkan agar engkaupun menikmati nikmat yang Dia berikan.”
Akhirnya, nelayan tersebut menerima uang itu dan mengucapkan syukur kepada Allah atas kebaikan dan karunia Allah. Dengan cara ini, Allah telah memberi kemuliaan kepada lelaki beriman dan isterinya itu lewat ujian-Nya. Dalam ketiadaan harta, mereka tetap bersabar dan dalam keadaan berkecukupan, mereka mengucapkan bersyukur kepada Allah dan membagi nikmat itu dengan orang lain.
Pada suatu hari lelaki beriman itu berada dalam kesulitan, sampai-sampai isterinya berkata kepada lelaki itu, “Kini simpanan kita tinggal satu dirham saja.” Lelaki itu mengambil satu dirham tersebut dan pergi ke pasar. Dengan uang itu dia akan membeli sedikit makanan. Dalam keadaan bertawakal kepada Tuhan, dia tiba di pasar. Baru beberapa langkah dia berjalan, tiba-tiba terdenagar suara gaduh. Seseorang berkata dengan marah, “Engkau harus membayar utangmu. Jika tidak, aku tidak akan membiarkan engkau pergi.”
Lelaki yang berdiri di hadapan orang itu menundukkan kepalanya karena malu. Sang lelaki yang beriman itu mendekati kedua orang yang berselisih itu dan dengan suara yang lembut bertanya, “Baiklah, katakanlah apa yang menyebabkan kalian berselisih paham.”
Lelaki yang berhutang berkata, “Lelaki ini telah menjatuhkan harga diriku hanya karena uang satu dirham padahal saat ini aku tidak mampu untuk melunasi utang tersebut.”
Lelaki beriman itu berfikir sebentar dan kemudian, uang satu dirham yang dimilikinya itu diberikannya kepada si penghutang. Akhirnya, terjalinlah persahabatan antara orang itu tadi. Lelaki yang berutang itu mendoakan keselamatan buat lelaki yang beriman itu serta mengucapkan kesyukurannya.
Hati lelaki beriman itu dipenuhi rasa gembira karena berhasil menolong orang lain. Lalu diapun pulang ke rumahnya. Di pertengahan jalan dia terpikir, “Sekarang, bagaimana aku harus memberi jawaban kepada isteri ku? Jika dia memprotes, aku akan membiarkannya karena itu haknya.”
Sesampainya di rumah, dia menceritakan apa yang telah terajdi. Isterinya adalah juga seorang perempuan yang baik dan beriman. Dia tidak memprotes suaminya, malah berkata, “Engkau telah melakukan sesuatu yang baik hari ini dan engkau telah memelihara harga diri lelaki itu. Allah pasti akan memberi balasan kepadamu. Ambillah tali yang ada di rumah kita ini dan juallah di pasar. Mudah-mudahan, uang tersebut bisa engkau gunakan untuk membeli makanan.
Lelaki beriman itu merasa sungguh gembira dengan sikap isterinya tersebut. Dia kemudian mengambil tali itu dan membawanya ke pasar. Namun, betapapun dia berusaha keras untuk menjual tali itu, tidak ada seorang pun yang ingin membelinya. Dengan rasa putus asa, dia pulang ke rumahnya. Di pertengahan jalan pulang, dia bertemu dengan nelayan penjual ikan yang juga gagal menjual ikannya. Lelaki beriman itu menghampirinya dan berkata, “Tidak ada orang yang ingin membeli ikanmu dan tidak juga taliku. Bagaimana menurutmu bila kita berdua saling menukar barang ini?”
Si nelayan berpikir dan kemudian berkata, “Aku tidak mempunyai tempat untuk menyimpan ikan ini di rumah. Lebih baik engkau ambillah ikan ini dan sebagai gantinya aku akan menjadi pemilik talimu yang mungkin di satu hari nanti berguna buatku.”
Akhirnya, lelaki beriman itu membawa pulang ikan ke rumahnya. Isterinya dengan gembira segera memasak ikan tersebut. Ketika perut ikan dibelah, dengan penuh takjub dia menemukan sebuah mutiara yang berharga di dalamnya. Ya, suami istri mukmin dan baik hati itu memperoleh harta yang banyak.
Lelaki itu membawa mutiara ke toko emas untuk dijual dan mutiara itu terjual dengan harga seratus dirham. Lelaki itu dan isterinya bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan mereka kekayaan. Mereka pun tidak lupa untuk tetap berbuat baik dengan membagi-bagikan sebagian uang mereka kepada orang-orang miskin lainnya. Lelaki beriman itu berkata kepada isterinya: Tuhan telah mengaruniakan kepada kita nikmat, kesenangan dan kemewahan. Kini sebagai tanda kesyukuran atas nikmat ini marilah kita membagikan kekayaan yang ada kepada mereka yang memerlukan. Siapakah yang lebih layak dari sang nelayan yang telah bersusah payah menangkap ikan di laut itu?”
Lelaki beriman itu pergi ke pasar dan mencari si nelayan itu. Setelah berusaha keras, akhirnya dia bertemu dengan sang nelayan dan dia pun menceritakan pengalamannya. Dia berkata, “Aku ingin memberi sebagian dari uang ini kepadamu.” Meskipun miskin, nelayan itu adalah seorang lelaki yang baik hati. Dia berkata, “Wahai teman, apa yang engkau dapatkan di dalam perut ikan itu disebabkan karena kebaikanmu dan aku tidak bersedia mengambil apa-apa darimu.”
Lelaki beriman itu menjawab, ”Allah telah memberi ilham kepadamu sehinggakan dengan niat baik engkau telah menukar ikan milikmu dengan taliku agar aku dapat mengenyangkan perut isteri dan anak-anakku. Ketahuilah, apa yang ingin aku berikan kepadamu ini adalah hadiah bagi niat baikmu itu.Allah menginginkan agar engkaupun menikmati nikmat yang Dia berikan.”
Akhirnya, nelayan tersebut menerima uang itu dan mengucapkan syukur kepada Allah atas kebaikan dan karunia Allah. Dengan cara ini, Allah telah memberi kemuliaan kepada lelaki beriman dan isterinya itu lewat ujian-Nya. Dalam ketiadaan harta, mereka tetap bersabar dan dalam keadaan berkecukupan, mereka mengucapkan bersyukur kepada Allah dan membagi nikmat itu dengan orang lain.
Air Mata Kerinduan Uwais AlQarani Kepada Rasul saw
Di negeri Yaman, hiduplah seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarani yang berasal dari kabilah Qaran. Uwais Al-Qarani mempunyai jiwa yang bersih dan mulia. Dia seorang yang pintar dan selalu melakukan pencarian makna hidup. Meskipun saat itu dia masih belum mengenal ajaran Islam yang mulia, dia sangat menghormati nilai-nilai mulia kemanusiaan. Di antara sikap dan perilaku Uwais yang paling menonjol sekali ialah penghormatan yang besar terhadap ibunya. Dia bersikap amat lemah-lembut kepada ibunya yang sudah tua dan dia amat mengerti tanggung jawabnya sebagai anak. Dia dapat merasakan kesulitan seorang ibu dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Oleh karena itu, dia melayani ibunya seperti seorang pelayan yang taat dan patuh. Uwais sama sekali tidak melupakan jerih payah ibunya.
Suatu saat, Uwais Al-Qarani mendengar kabar bahwa ada seorang nabi yang berhijrah dari kota Mekah ke Madinah dan sebagian dari masyarakat mengikuti ajaran nabi tersebut. Uwais dengan perenungannya, sampai kepada kesimpulan bahwa Muhammad adalah seorang nabi yang benar-benar diutus oleh Tuhan karena perintah dan ajaran yang disampaikan beliau berlandaskan kepada akal dan sesuai dengan nilai-nilai tinggi insani. Uwais mempercayai kenabian Muhammad saaw dan dia ingin sekali bertemu dengan beliau. Dia ingin melakukan perjalanan ke Madinah dan melihat sendiri keindahan hati Muhammad dari dekat. Tetapi, kondisi ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan membuatnya mengurungkan niatnya itu. Berbulan-bulan lamanya Uwais memendam harapan dan impiannya tersebut. Sampai suatu hari, dia mengambil keputusan untuk menceritakan keinginannya itu kepada ibunya.
Uwais dengan sopan duduk di hadapan ibunya dan berkata, “Wahai ibu, aku tidak dapat menahan hati untuk bertemu dengan seorang lelaki yang telah diutus sebagai nabi. Engkau pun tahu bahwa anakmu ini tidak pernah berfikir tentang hal-hal selain dari kebaikan dan kebenaran. Jika ibu mengizinkan, aku ingin sekali pergi menemui Rasul Tuhan itu dari dekat.”
Ibu Uwais yang amat terkesan melihat kesungguhan dan gelora keinginan anaknya untuk bertemu dengan Nabi, berkata, “Wahai anakku, aku izinkan engkau untuk pergi ke Madinah, tetapi aku minta supaya setelah engkau bertemu dengan Nabi segeralah engkau pulang ke Yaman dan janganlah engkau berlama-lama di sana.”
Dengan penuh gembira, Uwais menerima permintaan ibunya itu dan dia pun melakukan perjalanan untuk pergi ke Madinah. Meskipun perjalanan begitu jauh dan menyulitkan, namun semangat dan keinginannya yang besar untuk bertemu Nabi menyebabkan dia merasa begitu gembira hingga tidak merasa lelah dalam perjalanan. Siang dan malam dia tempuh perjalanan tanpa menghiraukan kesulitan dan kelelahan yang menderanya.
Akhirnya, sampailah Uwais Al-Qarani ke kota Madinah. Dengan tidak sabar lagi, dia bertanya ke sana kemari untuk mencari Nabi Muhammad. Tetapi, berita yang didapatkannya amat mengecewakan. Orang-orang Madinah memberi tahu Uwais bahwa Nabi sedang keluar dari kota untuk beberapa hari. Begitu Uwais mendengar berita ini, dia mengeluh panjang dan terduduk di atas tanah. Segala kelelahan terasa menimpa seluruh tubuhnya. Sedemikian besar rasa kecewa yang menyelubunginya sehingga dia menangis sejadi-jadinya. Orang-orang membujuknya dengan mengatakan bahwa dia bisa tetap tinggal di Madinah dan menjadi tamu mereka sampai Rasulullah kembali dari perjalanannya. Tetapi Uwais berkata bahwa dia mempunyai seorang ibu tua yang sedang menanti kepulangannya.
Uwais mengambil keputusan untuk segera pulang ke Yaman meskipun dia belum berhasil menemui Nabi, demi melaksanakan janjinya kepada sang ibu. Dia berkata kepada para sahabat dan keluarga Nabi, “Aku terpaksa pulang ke Yaman. Aku minta pada kalian, jika Rasulullah pulang, sampaikanlah salamku kepadanya.”
Beberapa hari kemudian Rasulullah saw pulang ke Madinah. Ketika beliau mendengar kisah Uwais, beliau memujinya dan berkata, “Uwais telah pergi, namun cahayanya tetap tinggal di rumah kami. Angin sepoi dan aroma wewangian syurga bertiup ke arah Yaman. Wahai Uwais! Aku juga ingin sekali menemuimu. Sahabat ku, siapapun di antara kalian yang bertemu dengan Uwais, sampaikanlah salamku kepadanya.” Dalam sejarah dikatakan bahwa memang Uwais tidak pernah dapat bertemu dengan Rasulullah. Tetapi, karena pengorbanan yang telah dilakukannya buat ibunya, namanya tercatat abadi dalam sejarah.
Suatu saat, Uwais Al-Qarani mendengar kabar bahwa ada seorang nabi yang berhijrah dari kota Mekah ke Madinah dan sebagian dari masyarakat mengikuti ajaran nabi tersebut. Uwais dengan perenungannya, sampai kepada kesimpulan bahwa Muhammad adalah seorang nabi yang benar-benar diutus oleh Tuhan karena perintah dan ajaran yang disampaikan beliau berlandaskan kepada akal dan sesuai dengan nilai-nilai tinggi insani. Uwais mempercayai kenabian Muhammad saaw dan dia ingin sekali bertemu dengan beliau. Dia ingin melakukan perjalanan ke Madinah dan melihat sendiri keindahan hati Muhammad dari dekat. Tetapi, kondisi ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan membuatnya mengurungkan niatnya itu. Berbulan-bulan lamanya Uwais memendam harapan dan impiannya tersebut. Sampai suatu hari, dia mengambil keputusan untuk menceritakan keinginannya itu kepada ibunya.
Uwais dengan sopan duduk di hadapan ibunya dan berkata, “Wahai ibu, aku tidak dapat menahan hati untuk bertemu dengan seorang lelaki yang telah diutus sebagai nabi. Engkau pun tahu bahwa anakmu ini tidak pernah berfikir tentang hal-hal selain dari kebaikan dan kebenaran. Jika ibu mengizinkan, aku ingin sekali pergi menemui Rasul Tuhan itu dari dekat.”
Ibu Uwais yang amat terkesan melihat kesungguhan dan gelora keinginan anaknya untuk bertemu dengan Nabi, berkata, “Wahai anakku, aku izinkan engkau untuk pergi ke Madinah, tetapi aku minta supaya setelah engkau bertemu dengan Nabi segeralah engkau pulang ke Yaman dan janganlah engkau berlama-lama di sana.”
Dengan penuh gembira, Uwais menerima permintaan ibunya itu dan dia pun melakukan perjalanan untuk pergi ke Madinah. Meskipun perjalanan begitu jauh dan menyulitkan, namun semangat dan keinginannya yang besar untuk bertemu Nabi menyebabkan dia merasa begitu gembira hingga tidak merasa lelah dalam perjalanan. Siang dan malam dia tempuh perjalanan tanpa menghiraukan kesulitan dan kelelahan yang menderanya.
Akhirnya, sampailah Uwais Al-Qarani ke kota Madinah. Dengan tidak sabar lagi, dia bertanya ke sana kemari untuk mencari Nabi Muhammad. Tetapi, berita yang didapatkannya amat mengecewakan. Orang-orang Madinah memberi tahu Uwais bahwa Nabi sedang keluar dari kota untuk beberapa hari. Begitu Uwais mendengar berita ini, dia mengeluh panjang dan terduduk di atas tanah. Segala kelelahan terasa menimpa seluruh tubuhnya. Sedemikian besar rasa kecewa yang menyelubunginya sehingga dia menangis sejadi-jadinya. Orang-orang membujuknya dengan mengatakan bahwa dia bisa tetap tinggal di Madinah dan menjadi tamu mereka sampai Rasulullah kembali dari perjalanannya. Tetapi Uwais berkata bahwa dia mempunyai seorang ibu tua yang sedang menanti kepulangannya.
Uwais mengambil keputusan untuk segera pulang ke Yaman meskipun dia belum berhasil menemui Nabi, demi melaksanakan janjinya kepada sang ibu. Dia berkata kepada para sahabat dan keluarga Nabi, “Aku terpaksa pulang ke Yaman. Aku minta pada kalian, jika Rasulullah pulang, sampaikanlah salamku kepadanya.”
Beberapa hari kemudian Rasulullah saw pulang ke Madinah. Ketika beliau mendengar kisah Uwais, beliau memujinya dan berkata, “Uwais telah pergi, namun cahayanya tetap tinggal di rumah kami. Angin sepoi dan aroma wewangian syurga bertiup ke arah Yaman. Wahai Uwais! Aku juga ingin sekali menemuimu. Sahabat ku, siapapun di antara kalian yang bertemu dengan Uwais, sampaikanlah salamku kepadanya.” Dalam sejarah dikatakan bahwa memang Uwais tidak pernah dapat bertemu dengan Rasulullah. Tetapi, karena pengorbanan yang telah dilakukannya buat ibunya, namanya tercatat abadi dalam sejarah.
Bangkit Dari Kekalahan
Dalam perjalanan hidup manusia tak akan pernah luput dari kekalahan dan kemenangan. Kekalahan kemenangan ini jangan hanya diartikan sempit terjadi dalam suatu kompetisi atau pertandingan saja, tetapi banyak hal di dalam kehidupan ini dapat diartikan sebagai kekalahan dan kemenangan diri.
Saat kita berhasil lulus kuliah dengan nilai yang baik, kita akan sangat merasa bahagia karena kita pasti akan merasa waktu 4 tahun belajar tidak sia-sia belaka, kita berhasil, kita menang melawan nafsu-nafsu untuk akhirnya mendapatkan nilai yang bagus. Kemenangan diri bisa diartikan kesukseksan yang bisa kita capai.
Lawan dari kemenangan, adalah hal yang terkadang sulit kita terima, yaitu kekalahan. Kekalahan sangat menyakitkan apabila kita sangat berharap dan tidak mendapatkannya, terlebih bila tidak disertai perasaan untuk menerima kekalahan tersebut.
Banyak orang merasa gagal dan tidak memiliki semangat hidup lagi saat menerima kekalahan tersebut. Bahkan terkadang kekalahan ini membawa emosi jiwa yang berlarut-larut dan akhirnya membawa kita dalam keadaan depresi dan merasa sangat tidak berguna.
Frustasi karena putus cinta juga merupakan suatu kekalahan diri, apabila kita tidak bisa menerima kenyataan tersebut. Kita berharap suatu keadaan bahagia bersama pasangan, kita menerima perasaan cinta pasangan kita, dan suatu hari kita harus sadar kita sudah tidak bersama dia, bahwa dia bukan jodoh kita. Rasanya kenyataan ini begitu pahit, kita tidak bisa menerima kenyataan, dan kita terus dihantui rasa sedih. Bukankan ini berarti kita kalah untuk melawan rasa frustasi tersebut, apabila dibiarkan berlarut-larut?
Dalam kekalahan, bukan selalu berarti kita kalah, kita masih bisa memang, kita masih bisa mencapai keadaan yang kita harapkan, tetapi hal utama bangkit dari kekalahan adalah tekad dan kemauan dalam diri kita, dan juga kerelaan menerima kenyataan bahwa yang kita harapkan tidak selamanya bisa menjadi kenyataan. Inilah dinamika kehidupan. Inilah perjalanan hidup manusia, dimana terkadang kekalahan itu juga memiliki makna yang dalam. Dengan kekalahan, kita diterpa untuk berusaha. Dengan kekalahan, kita dipaksa untuk membuka mata kita terhadap kemenangan orang. Dengan kekalahan, kita belajar untuk menerima dan bersikap rendah hati Dengan kekalahan, kita diharapkan bangkit. Dengan kekalahan, kita bisa menatap hal-hal indah di sekitar kita.
Hidup ini begitu indah, banyak waktu yang terbuang apabila hanya kekalahan dan kegagalan saja yang dipikirkan. Banyak hal dalam hidup ini yang masih bisa kita capai. Mentari yang akan datang, pasti akan bersinar lebih indah bila kita tatap dengan semangat baru untuk bangkit dari kekalahan ini.
Saat kita berhasil lulus kuliah dengan nilai yang baik, kita akan sangat merasa bahagia karena kita pasti akan merasa waktu 4 tahun belajar tidak sia-sia belaka, kita berhasil, kita menang melawan nafsu-nafsu untuk akhirnya mendapatkan nilai yang bagus. Kemenangan diri bisa diartikan kesukseksan yang bisa kita capai.
Lawan dari kemenangan, adalah hal yang terkadang sulit kita terima, yaitu kekalahan. Kekalahan sangat menyakitkan apabila kita sangat berharap dan tidak mendapatkannya, terlebih bila tidak disertai perasaan untuk menerima kekalahan tersebut.
Banyak orang merasa gagal dan tidak memiliki semangat hidup lagi saat menerima kekalahan tersebut. Bahkan terkadang kekalahan ini membawa emosi jiwa yang berlarut-larut dan akhirnya membawa kita dalam keadaan depresi dan merasa sangat tidak berguna.
Frustasi karena putus cinta juga merupakan suatu kekalahan diri, apabila kita tidak bisa menerima kenyataan tersebut. Kita berharap suatu keadaan bahagia bersama pasangan, kita menerima perasaan cinta pasangan kita, dan suatu hari kita harus sadar kita sudah tidak bersama dia, bahwa dia bukan jodoh kita. Rasanya kenyataan ini begitu pahit, kita tidak bisa menerima kenyataan, dan kita terus dihantui rasa sedih. Bukankan ini berarti kita kalah untuk melawan rasa frustasi tersebut, apabila dibiarkan berlarut-larut?
Dalam kekalahan, bukan selalu berarti kita kalah, kita masih bisa memang, kita masih bisa mencapai keadaan yang kita harapkan, tetapi hal utama bangkit dari kekalahan adalah tekad dan kemauan dalam diri kita, dan juga kerelaan menerima kenyataan bahwa yang kita harapkan tidak selamanya bisa menjadi kenyataan. Inilah dinamika kehidupan. Inilah perjalanan hidup manusia, dimana terkadang kekalahan itu juga memiliki makna yang dalam. Dengan kekalahan, kita diterpa untuk berusaha. Dengan kekalahan, kita dipaksa untuk membuka mata kita terhadap kemenangan orang. Dengan kekalahan, kita belajar untuk menerima dan bersikap rendah hati Dengan kekalahan, kita diharapkan bangkit. Dengan kekalahan, kita bisa menatap hal-hal indah di sekitar kita.
Hidup ini begitu indah, banyak waktu yang terbuang apabila hanya kekalahan dan kegagalan saja yang dipikirkan. Banyak hal dalam hidup ini yang masih bisa kita capai. Mentari yang akan datang, pasti akan bersinar lebih indah bila kita tatap dengan semangat baru untuk bangkit dari kekalahan ini.
Monday, April 23, 2007
Al-Qur'an Sebagai Inspirasi Gerakan Anti-Korupsi
Al-Qur'an Sebagai Inspirasi Gerakan Anti-Korupsi
Oleh Muhammad Subhan Setowara *
INDONESIA kini berhadapan dengan sebuah masalah paling krusial dalam kasus korupsi. Ia tidak saja menjadi kendala struktural, namun lebih dari itu. Karena masalah struktural tadi, korupsi telah membudaya (nation culture), menjadi bagian yang tak terpisahkan dari realitas birokrasi kita.
Gerakan pemberantasan memang telah banyak dilakukan. Bahkan beragam metode dan model gerakan telah digalakkan. Mulai dari gerakan moral-kultural, politis-struktural, maupun pembaharuan substansi perundang-undangan. Tapi korupsi tak urung usai, ia senantiasa menyelinap dalam setiap sendi kehidupan kita: ekonomi, politik, sosial, budaya, bahkan agama.
Tentu saja, sebagai bentuk kepedulian moral, agama harus tetap diikutkan untuk masalah yang satu ini. Karena, kita masih berkeyakinan bahwa saat ini, kualitas moral politisi sesungguhnya punya pengaruh yang sangat signifikan dalam membuka pintu-pintu terjadinya praktik korupsi. Pada level inilah, agama perlu menjadi moral guardian (benteng moral) untuk mengawal aktivitas politik penganutnya agar tidak terjebak pada pengingkatan amanah.
Pada sisi yang berbeda, realitas kaum pinggiran yang kini semakin memprihatinkan dalam kehidupan bangsa kita, juga merupakan tanggung tanggung jawab agama. Sungguh argumen reflektif Hassan Hanafi perlu kita hadirkan di sini. Bagi Hanafi, walaupun Islam meneguhkan adanya konsep ummah wahidah dalam Islam, namun secara empiris kaum muslimin terbagi dalam dua kelompok, yakni umat yang kaya dan umat yang miskin. Jika semakin hari semakin lebar jarak itu, maka di sinilah, agama telah kehilangan vitalitasnya sebagai agen kemanusiaan (humanity agency).
Sangat tegas. Banyak ayat dalam al-Quran yang memberi argumen bahwa dalam setiap harta yang dimiliki manusia, senantiasa ada hak yang tersurat. Dan hak itu, jelas bukan miliknya (Qs. Al-Maarij, 70: 24-25). Dengan ungkapan yang berbeda, Allah ingin memberi ketegasan, bahwa sesungguhnya seorang manusia harus menafkah atas harta yang dikuasai (Qs. Al-Hadid, 57: 7). Lalu, jika korupsi dilakukan, bukankah itu merupakan pengingkaran akbar atas amanah kebendaan yang tengah dititipkan pada manusia. Hanya saja, ini sekadar menjadi kesadaran kultural, tidak punya daya paksa struktural, sehingga sang koruptor menjadi tak bergeming.
Begitulah, sesungguhnya memang sudah saatnya al-Quran tidak lagi diletakkan sebagai kesadaran normatif yang hanya bergerak pada wilayah kultural. Ia juga harus mampu menyelinap dalam perbaikan pada ruang-ruang struktural. Dan itu artinya, al-Quran juga sesungguhnya bisa menjadi landasan teoritik yang bisa dipakai untuk melakukan pembebasan kemanusiaan, bahkan untuk masalah seperti korupsi.
Perspektif Qurani
Al-Quran mempunyai kekuatan untuk membentuk budaya masyarakat. Untuk konteks Indonesia, sesungguhnya kebanyakan masyarakat kita, khususnya kaum pinggiran meletakkan agama sebagai kekuatan spiritual. Al-Quran memiliki impetus emosional yang dapat menggerakkan umat Islam untuk bersikap sesuai dengan ajaran yang dikandungnya. Hanya saja, yang patut disayangkan, doktrin-doktrin normatif yang tertuang dalam al-Quran itu, bagi kebanyakan umatnya tidak mempunyai dimensi sosial dan intelektual yang kuat dalam membendung realitas kemungkaran yang terjadi.
Asumsi ini jelas perlu diperbaharui. Islam bukanlah teologi eskapistik yang mengamini umatnya untuk larut dalam buaian spiritual, sehingga lupa akan tanggung jawab sosialnya. Jika ditelaah lebih jauh, al-Quran mempunyai perangkat teoritis yang bisa dipakai untuk membentuk ragam manifes ketidakadilan sosial.
Terkait korupsi, bagi saya al-Quran tidak saja mampu membentuk kesadaran moral manusia untuk tidak rakus memakan harta rakyat. Al-Quran juga punya perangkat teoritis untuk memberantas korupsi. Dalam banyak ayat, seringkali terdapat penegasan akan tesis Lord Acton bahwa kekuasaan itu cenderung korup (power tends to corrupt). Dan al-Quran, tidak saja menghadirkan penegasan itu, ia juga sekaligus melarang umat Islam untuk memilih kaum penindas jadi penguasa (Qs. An-Naml: 34, Al-Kahfi: 71, Saba: 34-35, Al-Zuhruf: 23, Al-Isra: 16, Hud: 27). Namun jika mereka terlanjur berkuasa, maka perlu dilakukan oposisi melawan hegemoni kaum penindas itu (Qs. Al-Hujurat: 9).
Di sinilah, dalam Al-Quran juga sempat disinggung bahwa kaum tertindas perlu menjadi pemimpin di bumi ini (Al-Shaff: 5, Al-Anfal: 137). Jika dipahami secara kontekstual, dapat dimengerti bahwa sifat-sifat seorang pemimpin seharusnya bukan sosok yang korup, namun profil populis yang dekat dengan rakyat, dan mencintai mereka.
Gerakan oposisi terhadap penguasa yang korup bahkan diyakini sebagai jihad fi sabilillah (Al-Nisa: 75) yang juga merupakan agenda para rasul (Al-Anfal: 157). Di sinilah praksis pembelaan terhadap kaum lemah perlu dilakukan. Dengan demikian, boleh dibilang bahwa ruang ketakwaan tidak saja dilihat melalui ibadah ritual serta kepuasan spiritual yang telah diraih, namun lebih dari itu, yang terpenting adalah bagaimana seseorang dapat bermanfaat bagi orang lain. Maka membela kaum lemah juga merupakan bagian dari karakter insan takwa (Qs. Al-Baqarah: 197, Ali Imran: 134, Al-Insan: 8-9, Al-Maarij: 24, Al-Dzariyat: 19). Bahkan sangat mungkin, iman pada level inilah yang justru lebih penting.
Korupsi sebagai bagian dari monopoli dan konsentrasi kekuasaan juga disinggung oleh al-Quran, seraya mengutuknya (Qs. Al-Hasyr: 7). Pada sisi inilah, secara radikal kemudian al-Quran "begitu berani" mengklaim orang yang (mushally) sebagai pendusta agama jika ia tidak memiliki keperpihakan pada anak yatim (Qs. Al-Maun: 1-7). Dan tudingan celaka, bagi umat Islam yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya tanpa ada kesadaran nurani (inner conscious) untuk mewujudkan kesejahteraan sosial (social welfare) (Qs. Al-Humazah: 1-9).
Korupsi, juga merupakan bentuk paling nyata dalam membentuk prahara sosial. Dalam surat Al-Fajr: 15-20, pernah disebutkan bahwa masalah sosial yang terjadi disebabkan oleh empat hal: yakni 1) sikap ahumanis: yakni tidak memuliakan anak yatim, 2) sikap asosial: tidak memberi makan orang miskin, 3) sikap monopilistik: memakan warisan (kekayaan) alam dengan rakus, 4) sikap hedonis: mencintai harta benda secara berlebihan. Dilihat dari empat kategori itu, korupsi masuk dalam setiap sendi itu.
Korupsi benar-benar telah membunuh rasa kemanusiaan kita. Tentu saja amat menyedihkan, jika seorang politisi beragama Islam menggunakan jabatannya untuk melakukan korupsi. Jika itu terjadi, berarti dia telah meletakkan al-Qur’an hanya sebagai hiasan kata-kata. Dari sinilah, keberimanan masyarakat oleh al-Quran perlu dipandu untuk menghidupkan kembali rasa kemanusiaan kita, melalui pembaharuan struktural, dan tidak hanya dorongan moral. Al-Qur’an harus menjadi inspirasi dan pelopor untuk melakukan gerakan pembebasan, termasuk dalam memberantas korupsi
* Penulis adalah mahasiswa Fakultas Agama Islam UMM dan mantan aktivis Lembaga Dakwah Kampus Jamaah AR Fachruddin (LDK-JF).
Oleh Muhammad Subhan Setowara *
INDONESIA kini berhadapan dengan sebuah masalah paling krusial dalam kasus korupsi. Ia tidak saja menjadi kendala struktural, namun lebih dari itu. Karena masalah struktural tadi, korupsi telah membudaya (nation culture), menjadi bagian yang tak terpisahkan dari realitas birokrasi kita.
Gerakan pemberantasan memang telah banyak dilakukan. Bahkan beragam metode dan model gerakan telah digalakkan. Mulai dari gerakan moral-kultural, politis-struktural, maupun pembaharuan substansi perundang-undangan. Tapi korupsi tak urung usai, ia senantiasa menyelinap dalam setiap sendi kehidupan kita: ekonomi, politik, sosial, budaya, bahkan agama.
Tentu saja, sebagai bentuk kepedulian moral, agama harus tetap diikutkan untuk masalah yang satu ini. Karena, kita masih berkeyakinan bahwa saat ini, kualitas moral politisi sesungguhnya punya pengaruh yang sangat signifikan dalam membuka pintu-pintu terjadinya praktik korupsi. Pada level inilah, agama perlu menjadi moral guardian (benteng moral) untuk mengawal aktivitas politik penganutnya agar tidak terjebak pada pengingkatan amanah.
Pada sisi yang berbeda, realitas kaum pinggiran yang kini semakin memprihatinkan dalam kehidupan bangsa kita, juga merupakan tanggung tanggung jawab agama. Sungguh argumen reflektif Hassan Hanafi perlu kita hadirkan di sini. Bagi Hanafi, walaupun Islam meneguhkan adanya konsep ummah wahidah dalam Islam, namun secara empiris kaum muslimin terbagi dalam dua kelompok, yakni umat yang kaya dan umat yang miskin. Jika semakin hari semakin lebar jarak itu, maka di sinilah, agama telah kehilangan vitalitasnya sebagai agen kemanusiaan (humanity agency).
Sangat tegas. Banyak ayat dalam al-Quran yang memberi argumen bahwa dalam setiap harta yang dimiliki manusia, senantiasa ada hak yang tersurat. Dan hak itu, jelas bukan miliknya (Qs. Al-Maarij, 70: 24-25). Dengan ungkapan yang berbeda, Allah ingin memberi ketegasan, bahwa sesungguhnya seorang manusia harus menafkah atas harta yang dikuasai (Qs. Al-Hadid, 57: 7). Lalu, jika korupsi dilakukan, bukankah itu merupakan pengingkaran akbar atas amanah kebendaan yang tengah dititipkan pada manusia. Hanya saja, ini sekadar menjadi kesadaran kultural, tidak punya daya paksa struktural, sehingga sang koruptor menjadi tak bergeming.
Begitulah, sesungguhnya memang sudah saatnya al-Quran tidak lagi diletakkan sebagai kesadaran normatif yang hanya bergerak pada wilayah kultural. Ia juga harus mampu menyelinap dalam perbaikan pada ruang-ruang struktural. Dan itu artinya, al-Quran juga sesungguhnya bisa menjadi landasan teoritik yang bisa dipakai untuk melakukan pembebasan kemanusiaan, bahkan untuk masalah seperti korupsi.
Perspektif Qurani
Al-Quran mempunyai kekuatan untuk membentuk budaya masyarakat. Untuk konteks Indonesia, sesungguhnya kebanyakan masyarakat kita, khususnya kaum pinggiran meletakkan agama sebagai kekuatan spiritual. Al-Quran memiliki impetus emosional yang dapat menggerakkan umat Islam untuk bersikap sesuai dengan ajaran yang dikandungnya. Hanya saja, yang patut disayangkan, doktrin-doktrin normatif yang tertuang dalam al-Quran itu, bagi kebanyakan umatnya tidak mempunyai dimensi sosial dan intelektual yang kuat dalam membendung realitas kemungkaran yang terjadi.
Asumsi ini jelas perlu diperbaharui. Islam bukanlah teologi eskapistik yang mengamini umatnya untuk larut dalam buaian spiritual, sehingga lupa akan tanggung jawab sosialnya. Jika ditelaah lebih jauh, al-Quran mempunyai perangkat teoritis yang bisa dipakai untuk membentuk ragam manifes ketidakadilan sosial.
Terkait korupsi, bagi saya al-Quran tidak saja mampu membentuk kesadaran moral manusia untuk tidak rakus memakan harta rakyat. Al-Quran juga punya perangkat teoritis untuk memberantas korupsi. Dalam banyak ayat, seringkali terdapat penegasan akan tesis Lord Acton bahwa kekuasaan itu cenderung korup (power tends to corrupt). Dan al-Quran, tidak saja menghadirkan penegasan itu, ia juga sekaligus melarang umat Islam untuk memilih kaum penindas jadi penguasa (Qs. An-Naml: 34, Al-Kahfi: 71, Saba: 34-35, Al-Zuhruf: 23, Al-Isra: 16, Hud: 27). Namun jika mereka terlanjur berkuasa, maka perlu dilakukan oposisi melawan hegemoni kaum penindas itu (Qs. Al-Hujurat: 9).
Di sinilah, dalam Al-Quran juga sempat disinggung bahwa kaum tertindas perlu menjadi pemimpin di bumi ini (Al-Shaff: 5, Al-Anfal: 137). Jika dipahami secara kontekstual, dapat dimengerti bahwa sifat-sifat seorang pemimpin seharusnya bukan sosok yang korup, namun profil populis yang dekat dengan rakyat, dan mencintai mereka.
Gerakan oposisi terhadap penguasa yang korup bahkan diyakini sebagai jihad fi sabilillah (Al-Nisa: 75) yang juga merupakan agenda para rasul (Al-Anfal: 157). Di sinilah praksis pembelaan terhadap kaum lemah perlu dilakukan. Dengan demikian, boleh dibilang bahwa ruang ketakwaan tidak saja dilihat melalui ibadah ritual serta kepuasan spiritual yang telah diraih, namun lebih dari itu, yang terpenting adalah bagaimana seseorang dapat bermanfaat bagi orang lain. Maka membela kaum lemah juga merupakan bagian dari karakter insan takwa (Qs. Al-Baqarah: 197, Ali Imran: 134, Al-Insan: 8-9, Al-Maarij: 24, Al-Dzariyat: 19). Bahkan sangat mungkin, iman pada level inilah yang justru lebih penting.
Korupsi sebagai bagian dari monopoli dan konsentrasi kekuasaan juga disinggung oleh al-Quran, seraya mengutuknya (Qs. Al-Hasyr: 7). Pada sisi inilah, secara radikal kemudian al-Quran "begitu berani" mengklaim orang yang (mushally) sebagai pendusta agama jika ia tidak memiliki keperpihakan pada anak yatim (Qs. Al-Maun: 1-7). Dan tudingan celaka, bagi umat Islam yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya tanpa ada kesadaran nurani (inner conscious) untuk mewujudkan kesejahteraan sosial (social welfare) (Qs. Al-Humazah: 1-9).
Korupsi, juga merupakan bentuk paling nyata dalam membentuk prahara sosial. Dalam surat Al-Fajr: 15-20, pernah disebutkan bahwa masalah sosial yang terjadi disebabkan oleh empat hal: yakni 1) sikap ahumanis: yakni tidak memuliakan anak yatim, 2) sikap asosial: tidak memberi makan orang miskin, 3) sikap monopilistik: memakan warisan (kekayaan) alam dengan rakus, 4) sikap hedonis: mencintai harta benda secara berlebihan. Dilihat dari empat kategori itu, korupsi masuk dalam setiap sendi itu.
Korupsi benar-benar telah membunuh rasa kemanusiaan kita. Tentu saja amat menyedihkan, jika seorang politisi beragama Islam menggunakan jabatannya untuk melakukan korupsi. Jika itu terjadi, berarti dia telah meletakkan al-Qur’an hanya sebagai hiasan kata-kata. Dari sinilah, keberimanan masyarakat oleh al-Quran perlu dipandu untuk menghidupkan kembali rasa kemanusiaan kita, melalui pembaharuan struktural, dan tidak hanya dorongan moral. Al-Qur’an harus menjadi inspirasi dan pelopor untuk melakukan gerakan pembebasan, termasuk dalam memberantas korupsi
* Penulis adalah mahasiswa Fakultas Agama Islam UMM dan mantan aktivis Lembaga Dakwah Kampus Jamaah AR Fachruddin (LDK-JF).
Thursday, April 19, 2007
Sepuluh Akhlak Yang Harus Dimiliki Muslim/Muslimah
sumber: Kafemuslimah.com
Akhlak : Dalam bahasa, akhlak (budi pekerti) berarti kebiasaan atau watak. Secara terminologi, akhlak berarti kebiasaan, tabiat, atau watak di dalam diri yang menjadi sumber terjadinya perbuatan, tanpa unsur rekayasa ataupun reka-reka. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa akhlak adalah tindakan tanpa rekayasa.
Sepuluh Akhlak Muslim/Muslimah :
(1). Tidak menyakiti orang lain. “Orang Muslim adalah orang yang orang-orang Muslim lainnya selamat dari (keusilan) lidah dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah atas dirinya” H.R. Al-Bukhari dari Abdullah bin Amru. Hadis tersebut menyatakan bahwa Muslim terbaik adalah Muslim yang menunaikan hak-hak kaum Muslimim lainnya dalam menjalankan hak-hak Allah, artinya orang Muslim harus mencegah diri dari menyakiti orang lain. Penyebutan lidah dan tangan adalah manifestasi cara menyakiti orang lain, baik secara verbal maupun fisik. Balas menyakiti orang yang menyakiti kita sebenarnya tidak menjadi masalah, tetapi yang lebih afdal adalah bersabar dan mengharapkan pahala di sisi Allah (Q.S. Al-Ahzaab 58). Manifestasi perilaku tidak menyakiti orang lain adalh dengan :
• Tidak menyakiti tetangga ; pesan berinteraksi secara baik dengan tetangga gencar disampaikan melalui peringatan bahwa tetangga adalah salah satu pintu masuk surga dan bahwasanay mereka kelak menjadi saksi kita di akhirat
• Menjaga mulut Ldah kelak menjadi cambuk siksaan di hari kiamat. Menjaga lidah adalah jalan menuju keselamatan. Semakin banyak berbicara akan semakin banyak tersilap. Oleh karena itu, berpikirlah sebelum berbicara dan jangan berbohong, berkata kasar, ghibah, mengejek, dll.
• Tidak menyakiti anak-anak Hindari mengejek dan meremehkan anak-anak, pilih kasih dalam memperlakukan mereka, atau mendoakan mereka celaka.
(2). Menyingkirkan benda menyakitkan dari jalan. “Iman itu ada tujuh puluh sekian atau enam pulih sekian cabang. Yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha illallaah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan benda dari jalanan dan malu termasuk cabang keimanan.” H.R.Muslim dari Abu Hurairah r.a. Mneyingkirkan benda yang menyakitkan dari jalan adalah salah satu bentuk manifestasi dzikir yang bisa menjauhkan manusia dari api neraka.
(3). Malu. Malu adalah perhiasan wanita yang paling indah dan elok, bahkan merupakan sebagian dari iman dan Nabi SAW sendiri pun terkenal sangat pemalu. Hal ini karena malu menganjurkan kebaikan dan menghindarkan keburukan. Malu mencegah kealpaan untuk bersyukur kepada yang memberi nikmat dan mencegah kelalaian menunaikan hak orang yang memiliki hak. Disamping itu, malu juga mencegah berbuat/berkata kotor demi menghindari celaan dan kecaman. Malu adalah rasa yang membuat seorang mukmin urung melakukan maksiat karena perasaan serba salah jika sampai dilihat oleh Allah. Malu yang berlebihan adalah rasa sungkan yang justru merupakan kelemahan ental dan sering menimbulkan banyak masalah. Sikap keterlaluan perempuan dalam tertutup dan mengurung diri dari pergaulan dengan laki-laki bukanlah rasa malu, melainkan lebih merupakan faktor kesungkanan. Kewajiban dalam rasa malu ada empat:
• Berpakaian menutup aurat
• Memandang menahan pandangan matanya
• Berbicara tidak bergaya centil dan manja ketika berbicara.
• Pergaulan tidak berdesakan dengan lelaki
(4). Santun berbicara. “Sesungguhnya seseorang mengatakan satu patah kata yang ia pandang tidak ada masalah. Padahal, sepatah kata itu enyebabkan ia harus mendekam di neraka selama tujuh puluh tahun.” (H.R. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a) Kesantunan berbicara dimanifestasikan dalam tiga hal :
• Berbicara pelan jangan mengeraskan suara diatas volume yang dibutuhkan pendengar karena hal itu tidak sopan dan menyakitkan. Wanita yang bersuara keras menunjukkan ia belum terdidik sempurna dan masih membutuhkan evaluasi panjang dengan dirinya sendiri.
• Memperhatikan pembicaraan lawan bicara dan tidak menjatuhkan harga dirinya hal ini dapat dicapai dengan tersenyum, berbicara sesuatu yang menjadi perhatian/kesenangan lawan bicara, dan simak lawan bicara dengan penuh perhatian.
• Tidak memotong pembicaraan
(5). Jangan berbohong. “Tidak beriman seorang hamba dengan keimanan yang sepenuhnya sampai ia meninggalkan bohong meski dalam bercanda dan meninggalkan perdebatan meskipun dalam posisi benar” (H.R. Ahmad dari Abu Hurairah r.a. ) Iman dan kebohongan tidak bisa menyatu dalam hati seorang mukmin. Kebohongan akan mengarah kepada kemunafikan. Keduanya seperti dua sisi mata uang yang bersisian. Tidak ada yang bernama bohong putih atau bohong hitam, kebohongan kecil tetaplah ditulis sebagai kebohongan. Sikap seperti membanggakan diri, bercanda, dan berkelakar juga dapat menjerumuskan kepada kebohongan. Bentuk kebohongan terbesar terhadap Allah adalah kebohongan dalam berniat, berjanji, dan beramal. Bohong yang diperbolehkan adalah bohong untuk mendamaikan dua orang yang bersiteru, bohong dalam perang, dan bohong untuk menyenangkan suami/istri.
(6). Tinggalkan perdebatan. “Sesungguhnya tadi aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang Lailatul Qadar, namun di tengah jalan si Fulan dan Fulan sedang bertengkar mulut, maka dihapuskanlah (pengetahuan tentang itu). Semoga (penghapusan) ini lebih baik bagi Anda sekalian. Telisiklah ia pada malam ketujuh, kesembilan, dan kelima (terakhir bulan Ramadhan)” (H.R. Al-Bukhari dari Ubadah bin Ash-Shamit) Rasulullah hendak memberikan kabar gembira mengenai waktu turunnya lailatul qadr secara pasti, tetapi pengetahuan tentang ini dilupakan darinya karena mendengar perdebatan. Berdebat tidak baik karena ia membuka kesempatan kepada syaitan untuk turut melakukan provokasi didalamnya. Debat dapat memunculkan fitnah, keraguan, menghapuskan amalan, mengeraskan hati, melahirkan dendam, dll. Arena yang paling disukai setan adalah permusuhan dimana tiap pihak berusaha untuk menunjukkan aib pihak lain dan menyucikan dirinya sendiri, dan debat dijadikan saran untuk memperoleh kemenangan semu. Dengan meninggalkna debat, itu adalah bukti kepercayaan kepada diri sendiri, keimanan pada manhaj, dan keyakinan kepada Allah SWT. Debat yang diperbolehkan adalah dengan menggunakan argumentasi yang lebih baik dan santun. Bertahan dengan cara yang baik dengan berdiskusi dan memaparkan argumentasi secara santun, sembari meminta maaf dan memaafkan kesalahan ucap.
(7). Jangan bakhil (pelit). Predikat paling buruk yang disandang oleh wanita muslimah adalah jika ia disebut wanita bakhil/pelit. Orang bakhil yang paling bakhil dapat dibagi tiga :
• Orang yang bakhil dengan dunia di jala akhirat.
• Orang yang bakhil pada dirinya sendiri dengan dalih zuhud meninggalkan keduniaan.
• Orang yang mendengar nama Nabi SAW disebut dihadapannya namun ia tidak bershalawat. Salah satu makar orang bakhil adalah memeluk erat-erat uangnya semasa hidup, namun begitu diambang kematian ia lantas membagi-bagikan apa yang dimilikinya kepada ahli waris.
Berikut manifestasi yang mengekspresikan sifat tidak bakhil :
• Mengeluarkan zakat wajib.
• Memberikan shadaqah.
• Menyuguhi tamu.
• Memberikan hadiah. Satu lagi menifestasi bakhil dalam kehidupan rumah tangga ialah bakhil dengan tidak melontarkan kata-kata manis dan perasaan-perasaan mulia, khususnya dengan suami.
(8). Tepiskanlah rasa dengki. Surga yang luas disediakan khusus untuk orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan manusia. (Ali Imran 133-134). Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan dalah Ihya Ulumuddin bahwa, “Marah bertempat di hati. Kemarahan yang hebat berarti mendidihnya darah di dalam hati menuntut pembalasan yang merupakan makanan marah dan syahwatnya, dan ia tidak akan tenang kecuali dengan penuntasannya.” Dengki didefenisikan sebagai memendam permusuhan di dalam hati dan menunggu-nunggu kesempatan pemuasannya. Muncul ketika merasa muak dan jengkel terhadap seseorang. Dengki akan melahirkan 8 buah kezaliman terhadap orang lain :
• Hasud
• Mencaci maki saat terjadi bala cobaan
• Mendiamkan
• Melecehkan, berpaling, menjauh
• Ghibah
• Mengolok-olok
• Menyakiti fisik
• Menahan kucuran kemurahan (pemberian dan silaturrahim) Jika orang shahih jengkel, maka berbuat adil.
Jika orang budiman jegkel, maka mereka bertindak mulia. Jika orang naif jengkel, mereka bertindak semena-mena. Untuk mencapai status Ash-Shiddiiqiin (orang-orang budiman) maka ada tiga tangga yang harus dilalui, yaitu :
• Menahan amarah
• Memaafkan kesalahn manusia
• Berbuat baik kepada orang yang memusuhi
(9). Dilarang iri/hasud. Hasud adalah reaksi jiwa dan oenyakit hati yang menganggap nikmat Allah yang diterima seesorang terlalu banyak untuknya sembari mengangan-angankan raibnya kenikmatan tersebut dari mereka. Faktor penyebab diantaranya : • Permusuhan, kebencian, kemarahan, kedengkian.
• Takabur dan arogan
• Kegearan pada dunia
• Ambisi kekuasaan
• Kebusukan jiwa dan kekerdilan dari kebaikan Hasud adalah senjata makan tuan yang menghasilkan mudarat dunia dan keagamaan.
Orang yang dihasudi justru berada diatas angin sebab ia memperoleh beragam keuntungan dengan kehasudan orang yang menghasudinya, di dunia maupun di akhirat. Obat penyembuh hasud adalah ilmu dan amal. Ilmu : orang alim adalah orang yang tidak hasud pada orang yang lebih tinggi dan tidak melecehkan orang lebih rendah (tingkat keilmuannya). Amal : dengan amal proses pengurungan hasud bisa berjalan dengan sempurna.
(10). Pantang terpedaya (Ghurur) Ghurur adalah bentuk kelalaian dan keterpedayaan dan merupakan predikat yang menempel pada setiap penipu. Ghurur memiliki tiga sumber utama :
• Tertipu oleh angan kehidupan dunia –> merasa Allah memberinya kehidupan dunia yang melebihi orang lain dan beranggapan karunia tersebut sebagai kelebihan, bukan sebagai kemurahan, dan mungkin mengandung ujian dan cobaan apakah ia bersyukur atau malah kufur.
• Tertipu oleh janji setan –> setan senantiasa memberi bisikan yang membesarkan dirinya sehingga tidak lagi peduli pada dosa besar dan kecil.
• Tertipu oleh angan ampunan Allah –> Allah mencela kalangan ahlul kitab, orang munafik, dan pemaksiat atas ilusi dan keterpedayaan mereka o Ilusi ahlul kitab –> bahwa dengan kekuatan yang dimiliki, mereka bisa mengalahkan Allah. o Ilusi orang munafik –> mereka berpikir bahwa di akhirat kelak mereka bisa mengatakan hal yang sama yang pernah mereka katakan kepada kaum mukminin sewaktu di dunia, bahwa mereka bersama-sama kaum mukminin.
Manifestasi ghurur cukup beragam, diantaranya :
• Meremehkan amalan-amalan ringan
• Mencemooh kaum papa dan fakir miskin, enggan bergaul dengan mereka.
Untuk mengatasinya, letakkanlah gumpalan pahala di depan mata Anda ketika melakukan amalan-amalan sepele dan ringan.
Akhlak : Dalam bahasa, akhlak (budi pekerti) berarti kebiasaan atau watak. Secara terminologi, akhlak berarti kebiasaan, tabiat, atau watak di dalam diri yang menjadi sumber terjadinya perbuatan, tanpa unsur rekayasa ataupun reka-reka. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa akhlak adalah tindakan tanpa rekayasa.
Sepuluh Akhlak Muslim/Muslimah :
(1). Tidak menyakiti orang lain. “Orang Muslim adalah orang yang orang-orang Muslim lainnya selamat dari (keusilan) lidah dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah atas dirinya” H.R. Al-Bukhari dari Abdullah bin Amru. Hadis tersebut menyatakan bahwa Muslim terbaik adalah Muslim yang menunaikan hak-hak kaum Muslimim lainnya dalam menjalankan hak-hak Allah, artinya orang Muslim harus mencegah diri dari menyakiti orang lain. Penyebutan lidah dan tangan adalah manifestasi cara menyakiti orang lain, baik secara verbal maupun fisik. Balas menyakiti orang yang menyakiti kita sebenarnya tidak menjadi masalah, tetapi yang lebih afdal adalah bersabar dan mengharapkan pahala di sisi Allah (Q.S. Al-Ahzaab 58). Manifestasi perilaku tidak menyakiti orang lain adalh dengan :
• Tidak menyakiti tetangga ; pesan berinteraksi secara baik dengan tetangga gencar disampaikan melalui peringatan bahwa tetangga adalah salah satu pintu masuk surga dan bahwasanay mereka kelak menjadi saksi kita di akhirat
• Menjaga mulut Ldah kelak menjadi cambuk siksaan di hari kiamat. Menjaga lidah adalah jalan menuju keselamatan. Semakin banyak berbicara akan semakin banyak tersilap. Oleh karena itu, berpikirlah sebelum berbicara dan jangan berbohong, berkata kasar, ghibah, mengejek, dll.
• Tidak menyakiti anak-anak Hindari mengejek dan meremehkan anak-anak, pilih kasih dalam memperlakukan mereka, atau mendoakan mereka celaka.
(2). Menyingkirkan benda menyakitkan dari jalan. “Iman itu ada tujuh puluh sekian atau enam pulih sekian cabang. Yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha illallaah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan benda dari jalanan dan malu termasuk cabang keimanan.” H.R.Muslim dari Abu Hurairah r.a. Mneyingkirkan benda yang menyakitkan dari jalan adalah salah satu bentuk manifestasi dzikir yang bisa menjauhkan manusia dari api neraka.
(3). Malu. Malu adalah perhiasan wanita yang paling indah dan elok, bahkan merupakan sebagian dari iman dan Nabi SAW sendiri pun terkenal sangat pemalu. Hal ini karena malu menganjurkan kebaikan dan menghindarkan keburukan. Malu mencegah kealpaan untuk bersyukur kepada yang memberi nikmat dan mencegah kelalaian menunaikan hak orang yang memiliki hak. Disamping itu, malu juga mencegah berbuat/berkata kotor demi menghindari celaan dan kecaman. Malu adalah rasa yang membuat seorang mukmin urung melakukan maksiat karena perasaan serba salah jika sampai dilihat oleh Allah. Malu yang berlebihan adalah rasa sungkan yang justru merupakan kelemahan ental dan sering menimbulkan banyak masalah. Sikap keterlaluan perempuan dalam tertutup dan mengurung diri dari pergaulan dengan laki-laki bukanlah rasa malu, melainkan lebih merupakan faktor kesungkanan. Kewajiban dalam rasa malu ada empat:
• Berpakaian menutup aurat
• Memandang menahan pandangan matanya
• Berbicara tidak bergaya centil dan manja ketika berbicara.
• Pergaulan tidak berdesakan dengan lelaki
(4). Santun berbicara. “Sesungguhnya seseorang mengatakan satu patah kata yang ia pandang tidak ada masalah. Padahal, sepatah kata itu enyebabkan ia harus mendekam di neraka selama tujuh puluh tahun.” (H.R. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a) Kesantunan berbicara dimanifestasikan dalam tiga hal :
• Berbicara pelan jangan mengeraskan suara diatas volume yang dibutuhkan pendengar karena hal itu tidak sopan dan menyakitkan. Wanita yang bersuara keras menunjukkan ia belum terdidik sempurna dan masih membutuhkan evaluasi panjang dengan dirinya sendiri.
• Memperhatikan pembicaraan lawan bicara dan tidak menjatuhkan harga dirinya hal ini dapat dicapai dengan tersenyum, berbicara sesuatu yang menjadi perhatian/kesenangan lawan bicara, dan simak lawan bicara dengan penuh perhatian.
• Tidak memotong pembicaraan
(5). Jangan berbohong. “Tidak beriman seorang hamba dengan keimanan yang sepenuhnya sampai ia meninggalkan bohong meski dalam bercanda dan meninggalkan perdebatan meskipun dalam posisi benar” (H.R. Ahmad dari Abu Hurairah r.a. ) Iman dan kebohongan tidak bisa menyatu dalam hati seorang mukmin. Kebohongan akan mengarah kepada kemunafikan. Keduanya seperti dua sisi mata uang yang bersisian. Tidak ada yang bernama bohong putih atau bohong hitam, kebohongan kecil tetaplah ditulis sebagai kebohongan. Sikap seperti membanggakan diri, bercanda, dan berkelakar juga dapat menjerumuskan kepada kebohongan. Bentuk kebohongan terbesar terhadap Allah adalah kebohongan dalam berniat, berjanji, dan beramal. Bohong yang diperbolehkan adalah bohong untuk mendamaikan dua orang yang bersiteru, bohong dalam perang, dan bohong untuk menyenangkan suami/istri.
(6). Tinggalkan perdebatan. “Sesungguhnya tadi aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang Lailatul Qadar, namun di tengah jalan si Fulan dan Fulan sedang bertengkar mulut, maka dihapuskanlah (pengetahuan tentang itu). Semoga (penghapusan) ini lebih baik bagi Anda sekalian. Telisiklah ia pada malam ketujuh, kesembilan, dan kelima (terakhir bulan Ramadhan)” (H.R. Al-Bukhari dari Ubadah bin Ash-Shamit) Rasulullah hendak memberikan kabar gembira mengenai waktu turunnya lailatul qadr secara pasti, tetapi pengetahuan tentang ini dilupakan darinya karena mendengar perdebatan. Berdebat tidak baik karena ia membuka kesempatan kepada syaitan untuk turut melakukan provokasi didalamnya. Debat dapat memunculkan fitnah, keraguan, menghapuskan amalan, mengeraskan hati, melahirkan dendam, dll. Arena yang paling disukai setan adalah permusuhan dimana tiap pihak berusaha untuk menunjukkan aib pihak lain dan menyucikan dirinya sendiri, dan debat dijadikan saran untuk memperoleh kemenangan semu. Dengan meninggalkna debat, itu adalah bukti kepercayaan kepada diri sendiri, keimanan pada manhaj, dan keyakinan kepada Allah SWT. Debat yang diperbolehkan adalah dengan menggunakan argumentasi yang lebih baik dan santun. Bertahan dengan cara yang baik dengan berdiskusi dan memaparkan argumentasi secara santun, sembari meminta maaf dan memaafkan kesalahan ucap.
(7). Jangan bakhil (pelit). Predikat paling buruk yang disandang oleh wanita muslimah adalah jika ia disebut wanita bakhil/pelit. Orang bakhil yang paling bakhil dapat dibagi tiga :
• Orang yang bakhil dengan dunia di jala akhirat.
• Orang yang bakhil pada dirinya sendiri dengan dalih zuhud meninggalkan keduniaan.
• Orang yang mendengar nama Nabi SAW disebut dihadapannya namun ia tidak bershalawat. Salah satu makar orang bakhil adalah memeluk erat-erat uangnya semasa hidup, namun begitu diambang kematian ia lantas membagi-bagikan apa yang dimilikinya kepada ahli waris.
Berikut manifestasi yang mengekspresikan sifat tidak bakhil :
• Mengeluarkan zakat wajib.
• Memberikan shadaqah.
• Menyuguhi tamu.
• Memberikan hadiah. Satu lagi menifestasi bakhil dalam kehidupan rumah tangga ialah bakhil dengan tidak melontarkan kata-kata manis dan perasaan-perasaan mulia, khususnya dengan suami.
(8). Tepiskanlah rasa dengki. Surga yang luas disediakan khusus untuk orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan manusia. (Ali Imran 133-134). Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan dalah Ihya Ulumuddin bahwa, “Marah bertempat di hati. Kemarahan yang hebat berarti mendidihnya darah di dalam hati menuntut pembalasan yang merupakan makanan marah dan syahwatnya, dan ia tidak akan tenang kecuali dengan penuntasannya.” Dengki didefenisikan sebagai memendam permusuhan di dalam hati dan menunggu-nunggu kesempatan pemuasannya. Muncul ketika merasa muak dan jengkel terhadap seseorang. Dengki akan melahirkan 8 buah kezaliman terhadap orang lain :
• Hasud
• Mencaci maki saat terjadi bala cobaan
• Mendiamkan
• Melecehkan, berpaling, menjauh
• Ghibah
• Mengolok-olok
• Menyakiti fisik
• Menahan kucuran kemurahan (pemberian dan silaturrahim) Jika orang shahih jengkel, maka berbuat adil.
Jika orang budiman jegkel, maka mereka bertindak mulia. Jika orang naif jengkel, mereka bertindak semena-mena. Untuk mencapai status Ash-Shiddiiqiin (orang-orang budiman) maka ada tiga tangga yang harus dilalui, yaitu :
• Menahan amarah
• Memaafkan kesalahn manusia
• Berbuat baik kepada orang yang memusuhi
(9). Dilarang iri/hasud. Hasud adalah reaksi jiwa dan oenyakit hati yang menganggap nikmat Allah yang diterima seesorang terlalu banyak untuknya sembari mengangan-angankan raibnya kenikmatan tersebut dari mereka. Faktor penyebab diantaranya : • Permusuhan, kebencian, kemarahan, kedengkian.
• Takabur dan arogan
• Kegearan pada dunia
• Ambisi kekuasaan
• Kebusukan jiwa dan kekerdilan dari kebaikan Hasud adalah senjata makan tuan yang menghasilkan mudarat dunia dan keagamaan.
Orang yang dihasudi justru berada diatas angin sebab ia memperoleh beragam keuntungan dengan kehasudan orang yang menghasudinya, di dunia maupun di akhirat. Obat penyembuh hasud adalah ilmu dan amal. Ilmu : orang alim adalah orang yang tidak hasud pada orang yang lebih tinggi dan tidak melecehkan orang lebih rendah (tingkat keilmuannya). Amal : dengan amal proses pengurungan hasud bisa berjalan dengan sempurna.
(10). Pantang terpedaya (Ghurur) Ghurur adalah bentuk kelalaian dan keterpedayaan dan merupakan predikat yang menempel pada setiap penipu. Ghurur memiliki tiga sumber utama :
• Tertipu oleh angan kehidupan dunia –> merasa Allah memberinya kehidupan dunia yang melebihi orang lain dan beranggapan karunia tersebut sebagai kelebihan, bukan sebagai kemurahan, dan mungkin mengandung ujian dan cobaan apakah ia bersyukur atau malah kufur.
• Tertipu oleh janji setan –> setan senantiasa memberi bisikan yang membesarkan dirinya sehingga tidak lagi peduli pada dosa besar dan kecil.
• Tertipu oleh angan ampunan Allah –> Allah mencela kalangan ahlul kitab, orang munafik, dan pemaksiat atas ilusi dan keterpedayaan mereka o Ilusi ahlul kitab –> bahwa dengan kekuatan yang dimiliki, mereka bisa mengalahkan Allah. o Ilusi orang munafik –> mereka berpikir bahwa di akhirat kelak mereka bisa mengatakan hal yang sama yang pernah mereka katakan kepada kaum mukminin sewaktu di dunia, bahwa mereka bersama-sama kaum mukminin.
Manifestasi ghurur cukup beragam, diantaranya :
• Meremehkan amalan-amalan ringan
• Mencemooh kaum papa dan fakir miskin, enggan bergaul dengan mereka.
Untuk mengatasinya, letakkanlah gumpalan pahala di depan mata Anda ketika melakukan amalan-amalan sepele dan ringan.
Wednesday, April 18, 2007
Bila Al Qur'an bisa bicara !
Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudu' aku kau sentuh dalam keadaan suci
Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra
Sekarang engkau telah dewasa...
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku...
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah...
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?
Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadangkala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan
Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian
Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.
Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman
Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau.....
Sekarang... pagi-pagi sambil minum kopi...engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia
Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan...
Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku
Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu
Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku
Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV
Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau Film dan Sinetron laga
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah
Waktupun cepat berlalu...aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.
Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan ? Bila
engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba Engkau akan
diperiksa oleh para malaikat suruhanNya
Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya.
Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu...
Setiap saat berlalu...kuranglah jatah umurmu...
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu
Dengan wudu' aku kau sentuh dalam keadaan suci
Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra
Sekarang engkau telah dewasa...
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku...
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah...
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?
Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadangkala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan
Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian
Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.
Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman
Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau.....
Sekarang... pagi-pagi sambil minum kopi...engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia
Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan...
Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku
Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu
Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku
Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV
Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau Film dan Sinetron laga
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah
Waktupun cepat berlalu...aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.
Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan ? Bila
engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba Engkau akan
diperiksa oleh para malaikat suruhanNya
Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya.
Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu...
Setiap saat berlalu...kuranglah jatah umurmu...
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu
Keindahan yang sempurna
Keindahan yang Sempurna
Penulis : Hotman Rasoki
Bunga takkan indah tanpa kelopak
Malam takkan indah tanpa rembulan
Siang takkan bermakna tanpa matahari
Laut takkan indah tanpa gelombang
Hidup takkan indah tanpa cinta
Cinta telah memperindah dunia
Dan cintaku takkan indah tanpa cintaNYA
Mahaagung sang pencipta cinta
Kini karena cintaNYA
Aku pun mengerti artinya cinta
Begitu indahnya memiliki rasa cinta
Begitu indahnya hidup penuh cinta
Cinta membawa kedamaian di hati
Menyejukkan jiwa
Dan membuat hidup lebih bermakna
Itu semua karena cinta
Cinta telah membawaku padanya
Cinta telah mengikis perbedaan
Dengan cinta aku mengenalnya
Karena cinta aku menyayanginya
Cintaku begitu tulus padanya
Aku ingin hidup bersamanya
Dengan hati yang dipenuhi rasa cinta
Aku ingin membina rumah tangga dengannya
Memadu cinta kami berdua
Mengarungi bahtera hidup di dunia
Dan kelak sampai akhirat
Kini karena cintaNYA
Keindahan menjadi sempurna
Hati yang terpisah semoga cepat bersatu
Cinta yang semu semoga jadi nyata
Berpadu oleh ikrar suci nan syahdu
Penulis : Hotman Rasoki
Bunga takkan indah tanpa kelopak
Malam takkan indah tanpa rembulan
Siang takkan bermakna tanpa matahari
Laut takkan indah tanpa gelombang
Hidup takkan indah tanpa cinta
Cinta telah memperindah dunia
Dan cintaku takkan indah tanpa cintaNYA
Mahaagung sang pencipta cinta
Kini karena cintaNYA
Aku pun mengerti artinya cinta
Begitu indahnya memiliki rasa cinta
Begitu indahnya hidup penuh cinta
Cinta membawa kedamaian di hati
Menyejukkan jiwa
Dan membuat hidup lebih bermakna
Itu semua karena cinta
Cinta telah membawaku padanya
Cinta telah mengikis perbedaan
Dengan cinta aku mengenalnya
Karena cinta aku menyayanginya
Cintaku begitu tulus padanya
Aku ingin hidup bersamanya
Dengan hati yang dipenuhi rasa cinta
Aku ingin membina rumah tangga dengannya
Memadu cinta kami berdua
Mengarungi bahtera hidup di dunia
Dan kelak sampai akhirat
Kini karena cintaNYA
Keindahan menjadi sempurna
Hati yang terpisah semoga cepat bersatu
Cinta yang semu semoga jadi nyata
Berpadu oleh ikrar suci nan syahdu
10 Seni Keindahan Hidup
10 Seni Keindahan Hidup
Menurut Psikolog dari Amerika Dr. Dick
“Kehidupan yang bahagia adalah seni keindahan yang memiliki 10 kiat :
1. Melakukan pekerjaan yang disukai, jika ada kendala dalam pelaksanaannya, maka
cobalah melakukan apa yang menjadi hobimu pada waktu engkau senggang atau pada
saat engkau sibuk .
2. Menjaga kesehatan adalah kunci kebahagian itu sendiri, bentukny, misalnya,dengan
menjaga keseimbangan pola makan, berolah raga dan menjauhi kebiasaan yang
membahayakan
3. Harus memiliki tujuan dalam hidup, karena itu yang akan membuatnya bersemangat.
4. Menerima kehidupan apa adanya dan merasakan manis getirnya hidup.
5. Menghadapi kehidupan hari ini, tidak menyesali yang telah lalu, dan tidak bersikap
gelisah akan hari esok yang akan datang.
6. Hendaknya selalu berfikir dalam bekerja dan mengambil keputusan. tidak menyalahkan
orang lain ketika keputusannya salah.
7. Hendaknya melihat orang yang lebih rendah darinya dalam keberuntungan.
8. Selalu Tersenyum dengan wajah berseri dan selalu berteman dengan mereka yang
optimis.
9. Hendaknya ia membantu orang lain bahagia agar ia mendapat curahan kebahagiaan.
10. Mengambil kesempatan-kesempatan berharga dan menjadikannya sebagai terminal
kebahagiaan
Menurut Psikolog dari Amerika Dr. Dick
“Kehidupan yang bahagia adalah seni keindahan yang memiliki 10 kiat :
1. Melakukan pekerjaan yang disukai, jika ada kendala dalam pelaksanaannya, maka
cobalah melakukan apa yang menjadi hobimu pada waktu engkau senggang atau pada
saat engkau sibuk .
2. Menjaga kesehatan adalah kunci kebahagian itu sendiri, bentukny, misalnya,dengan
menjaga keseimbangan pola makan, berolah raga dan menjauhi kebiasaan yang
membahayakan
3. Harus memiliki tujuan dalam hidup, karena itu yang akan membuatnya bersemangat.
4. Menerima kehidupan apa adanya dan merasakan manis getirnya hidup.
5. Menghadapi kehidupan hari ini, tidak menyesali yang telah lalu, dan tidak bersikap
gelisah akan hari esok yang akan datang.
6. Hendaknya selalu berfikir dalam bekerja dan mengambil keputusan. tidak menyalahkan
orang lain ketika keputusannya salah.
7. Hendaknya melihat orang yang lebih rendah darinya dalam keberuntungan.
8. Selalu Tersenyum dengan wajah berseri dan selalu berteman dengan mereka yang
optimis.
9. Hendaknya ia membantu orang lain bahagia agar ia mendapat curahan kebahagiaan.
10. Mengambil kesempatan-kesempatan berharga dan menjadikannya sebagai terminal
kebahagiaan
Monday, April 16, 2007
Ketika sakit menjadi anugerah
sakit ternyata bisa menjadi sebuah anugerah bagi manusia.apabila :
1. Takut akan datangnya kematian secara tiba-tiba sebelum taubat.
2. Takut tidak dapat menunaikan hak-hak Allah secara sempurna. Sesungguhnya hak-hak Allah itu pasti akan dimintai pertanggungjawabannya.
3. Takut tergelincir dari jalan yang lurus, dan berjalan di atas jalan kemaksiatan dan jalan syetan.
4. Takut memandang remeh atas banyaknya nikmat Allah kepada diri Anda.
5. Takut akan balasan siksa yang segera di dunia, karena maksiat yang Anda lakukkan.
6. Takut terbongkarnya aib, akibat perbuatan buruk yang Anda lakukan.
7. Takut mengakhiri hidup dengan su’ul khatimah.
8. Takut menghadapi sakaratul maut dan sakitnya sakaratul maut.
9. Takut menghadapi pertanyaan malaikat Mungkar dan Nakir di alam kubur.
10. Takut akan azab dan kedahsyatan di alam kubur.
11. Takut menghadapi pertanyaan hari kiamat atas dosa besar dan dosa kecil.
12. Takut melewati titian shirath yang tajam. Sesungguhnya titian shirath itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.
13. Takut menghadapi siksa yang sangat pedih.
14. Takut dijauhkan dari jannah, tempat kenikmatan yang abadi.
15. Takut dijauhkan dari memandang wajah Allah.
16. Anda harus mengetahui dosa dan aib Anda.
17. Ma’rifah Anda kepada Allah yang Anda rasakan siang dan malam sedang Anda tidak bersyukur.
18. Takut tidak diterima amalan dan ucapan Anda.
19. Takut bahwa Allah tidak akan menolong dan membiarkan Anda sendiri.
20. Kekhawatiran Anda menjadi orang yang tersingkap aibnya pada hari kematian dan pada saat mizan ditegakkan.
21. Hendaknya anda menyerahkan urusan diri Anda, anak-anak Anda, keluarga, suami, dan harta Anda kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan janganlah bersandar dalam memperbaiki urusan ini kecuali hanya kepada Allah.
22. Sembunyikanlah amal-amal Anda dari sifat riya’ ke dalam hati Anda, seringkali sifat riya’ itu memasuki hati Anda sedang Anda tidak merasakannya. Hasan al-Bashri Rahimahullah pernah berkata, ”Berbicaralah wahai engkau diri, dengan ucapan orang shalih yang qona’ah lagi ibadah. Sedang engkau mengerjakan amalan orang fasik dan riya’. Demi Allah, ini bukan sifat orang yang mukhlish.
23. Jika Anda ingin sampai pada derajat ikhlas, maka hendaknya akhlakmu seperti akhlak seorang bayi yang tidak peduli orang yang memujinya dan mencacinya.
24. Hendaknya Anda memiliki sifat cemburu ketika larangan Allah dilecehkan.
25. Ketahuilah bahwa amal shalih namun dengan sedikit dosa lebih disukai Allah dari pada amal shalih yang banyak namun diiringi dengan dosa yang banyak pula.
26. Ingatlah setiap Anda sakit bahwa Anda telah istirahat dari dunia dan akan menuju akhirat dan akan menemui Allah dengan amalmu yang buruk.
27. Hendaknya ketakutan Anda kepada Allah menjadi jalanmu menuju Allah selama Anda sehat.
28. Setiap Anda mendengar kematian seseorang, maka perbanyaklah mengambil pelajaran dan nasihat. Dan jika Anda menyaksikan jenazah, maka bayangkanlah bahwa Anda yang sedang dihasung.
29. Hati-hatilah menjadi orang yang mengatakan bahwa Allah menjamin rizki kita sedang hatinya tidak tentram kecuali dengan adanya sesuatu yang ia kumpulkan. Dan menyatakan bahwa sesungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia, sedang kita mengumpulkan harta dan tidak menginfakkannya sedikitpun, dan mengatakan bahwa kita pasti mati padahal dia tidak pernah ingat mati.
30. Lihatlah dunia dengan pandangan i’tibar (penuh mengambil pelajaran) bukan dengan pandangan mahabbah (rasa cinta) kepadanya dan sibuk dengan perhiasannya.
31. Ingatlah bahwa Anda sangat tidak kuat menghadapi cobaan dunia. Lantas apakah Anda sanggup menghadapi panasnya api neraka jahannam?
32. Diantara akhlak sesama mukminah adalah menasihati sesama mukminah.
33. Jika Anda melihat orang yang lebih besar dari Anda maka muliakanlah ia dan katakanlah, ”Anda telah mendahului saya dalam Islam dan amal shalih, maka dia jauh lebih baik di sisi Allah.” Sedangkan jika melihat orang yang lebih muda usianya, maka katakanlah kepadanya, ”Anda keluar ke dunia setelah saya, maka dia lebih sedikit dosanya dari saya dan dia lebih baik dari saya di sisi Allah.”
—
Diketik ulang dari: 500 Nashihah lil Mar’ah Muslimah, Fathi Majdi As-Sayyid. Edisi Indonesia: Nasehat kepada para Muslimah. Penerjemah: Muzaidi Hasbullah, Lc., dkk. Penerbit: Pustaka Arafah, Solo. Cet. I: April 2001/Muharram 1422 H, hal.96-100
1. Takut akan datangnya kematian secara tiba-tiba sebelum taubat.
2. Takut tidak dapat menunaikan hak-hak Allah secara sempurna. Sesungguhnya hak-hak Allah itu pasti akan dimintai pertanggungjawabannya.
3. Takut tergelincir dari jalan yang lurus, dan berjalan di atas jalan kemaksiatan dan jalan syetan.
4. Takut memandang remeh atas banyaknya nikmat Allah kepada diri Anda.
5. Takut akan balasan siksa yang segera di dunia, karena maksiat yang Anda lakukkan.
6. Takut terbongkarnya aib, akibat perbuatan buruk yang Anda lakukan.
7. Takut mengakhiri hidup dengan su’ul khatimah.
8. Takut menghadapi sakaratul maut dan sakitnya sakaratul maut.
9. Takut menghadapi pertanyaan malaikat Mungkar dan Nakir di alam kubur.
10. Takut akan azab dan kedahsyatan di alam kubur.
11. Takut menghadapi pertanyaan hari kiamat atas dosa besar dan dosa kecil.
12. Takut melewati titian shirath yang tajam. Sesungguhnya titian shirath itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.
13. Takut menghadapi siksa yang sangat pedih.
14. Takut dijauhkan dari jannah, tempat kenikmatan yang abadi.
15. Takut dijauhkan dari memandang wajah Allah.
16. Anda harus mengetahui dosa dan aib Anda.
17. Ma’rifah Anda kepada Allah yang Anda rasakan siang dan malam sedang Anda tidak bersyukur.
18. Takut tidak diterima amalan dan ucapan Anda.
19. Takut bahwa Allah tidak akan menolong dan membiarkan Anda sendiri.
20. Kekhawatiran Anda menjadi orang yang tersingkap aibnya pada hari kematian dan pada saat mizan ditegakkan.
21. Hendaknya anda menyerahkan urusan diri Anda, anak-anak Anda, keluarga, suami, dan harta Anda kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan janganlah bersandar dalam memperbaiki urusan ini kecuali hanya kepada Allah.
22. Sembunyikanlah amal-amal Anda dari sifat riya’ ke dalam hati Anda, seringkali sifat riya’ itu memasuki hati Anda sedang Anda tidak merasakannya. Hasan al-Bashri Rahimahullah pernah berkata, ”Berbicaralah wahai engkau diri, dengan ucapan orang shalih yang qona’ah lagi ibadah. Sedang engkau mengerjakan amalan orang fasik dan riya’. Demi Allah, ini bukan sifat orang yang mukhlish.
23. Jika Anda ingin sampai pada derajat ikhlas, maka hendaknya akhlakmu seperti akhlak seorang bayi yang tidak peduli orang yang memujinya dan mencacinya.
24. Hendaknya Anda memiliki sifat cemburu ketika larangan Allah dilecehkan.
25. Ketahuilah bahwa amal shalih namun dengan sedikit dosa lebih disukai Allah dari pada amal shalih yang banyak namun diiringi dengan dosa yang banyak pula.
26. Ingatlah setiap Anda sakit bahwa Anda telah istirahat dari dunia dan akan menuju akhirat dan akan menemui Allah dengan amalmu yang buruk.
27. Hendaknya ketakutan Anda kepada Allah menjadi jalanmu menuju Allah selama Anda sehat.
28. Setiap Anda mendengar kematian seseorang, maka perbanyaklah mengambil pelajaran dan nasihat. Dan jika Anda menyaksikan jenazah, maka bayangkanlah bahwa Anda yang sedang dihasung.
29. Hati-hatilah menjadi orang yang mengatakan bahwa Allah menjamin rizki kita sedang hatinya tidak tentram kecuali dengan adanya sesuatu yang ia kumpulkan. Dan menyatakan bahwa sesungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia, sedang kita mengumpulkan harta dan tidak menginfakkannya sedikitpun, dan mengatakan bahwa kita pasti mati padahal dia tidak pernah ingat mati.
30. Lihatlah dunia dengan pandangan i’tibar (penuh mengambil pelajaran) bukan dengan pandangan mahabbah (rasa cinta) kepadanya dan sibuk dengan perhiasannya.
31. Ingatlah bahwa Anda sangat tidak kuat menghadapi cobaan dunia. Lantas apakah Anda sanggup menghadapi panasnya api neraka jahannam?
32. Diantara akhlak sesama mukminah adalah menasihati sesama mukminah.
33. Jika Anda melihat orang yang lebih besar dari Anda maka muliakanlah ia dan katakanlah, ”Anda telah mendahului saya dalam Islam dan amal shalih, maka dia jauh lebih baik di sisi Allah.” Sedangkan jika melihat orang yang lebih muda usianya, maka katakanlah kepadanya, ”Anda keluar ke dunia setelah saya, maka dia lebih sedikit dosanya dari saya dan dia lebih baik dari saya di sisi Allah.”
—
Diketik ulang dari: 500 Nashihah lil Mar’ah Muslimah, Fathi Majdi As-Sayyid. Edisi Indonesia: Nasehat kepada para Muslimah. Penerjemah: Muzaidi Hasbullah, Lc., dkk. Penerbit: Pustaka Arafah, Solo. Cet. I: April 2001/Muharram 1422 H, hal.96-100
Subscribe to:
Posts (Atom)